Halaman

Sabtu, 16 Juni 2018

Serial pe-jin pasif. Kedayagunaan sétan-gèpèng untuk kontrak politik


Serial pe-jin pasif. Kedayagunaan sétan-gèpèng untuk kontrak politik

Apa itu alat sadap. Apa semacam alat sadap karet. Apa semacam alat penguping. Sehingga jarum jatuh di tetangga, terdengar dan sekaligus terekam suaranya sebagai bukti.

Apa alat itu bisa dipesan, dibeli secara online. Atau dijual eceran di toko terdekat. Apa bisa dimiliki secara bebas. Dalam ukuran bebas, minimal bisa dalam genggaman tangan.

Apa perlu SIM (surat izin menggenggam) atau perlu sertifikasi sebagai pemakai aktif. Lebih afdol meyakinkan, konstitusional, diperkuat syarat calon pemakai jelas orientasi ideologinya. Bukan sekedar relawan cari isi perut saja. Bukan penggembira atau juru keplok.

Oknum penguasa pun, kalau minat, niat memiliki “alat sadap” perlu dukungan UU. Panggilan tugas dan tuntutan pekerjaan serta jaga wibawa diri. Mampu mendeteksi pihak atau lawan politik yang sedang melakukan tindak tidak menyenangkan. Apalagi sampai menetapkan ujaran kebencian, ujaran kebohongan yang sudah menjadi “hak milik” penguasa.

Sedemikian canggih “alat sadap” tersebut, sehingga mampu merekomendasikan pasal yang dilanggar oleh pihak yang tertangkap suaranya.

Namanya kemajuan peradaban yang berkemajuan, tidak jalan di tempat. Umum tidak perlu jauh-jauh berangan-angan untuk memiliki barang “alat sadap” dimaksud.

Gadget yang didukung kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Di pengguna dapat berselancar. Menjelajah dunia lain. Berkomunkasi dengan makhluk penghuni alam dan dunia lain.

Mampu menghimpun bukti, dalam bentuk gambar, foto atau jenis lainnya. Modal dasarnya adalah itikad mengungkit-ungkit ‘kuman di seberang lautan’. Berkat intervensi, campur tangan, konektivitas dengan makhluk asing (iblis, sétan, jin) maka seorang manusia dan atau semanusia orang menjadi ahli jual beli perkara.

Memperkeruh dan semangkin memperkeruh suasana yang sedang keruh. Semakin cerdas kadar religinya, yang mana tentunya mengandalkan daya pikir, olah akal, tata logika, semakin akrab dengan makhluk asing (iblis, sétan, jin). Berita sampah bisa diolaj menjadi mutiara kata. Rekam jejaknya, semakin tambah jam terbangnya, semakin merasa melebihi Rasulullah saw. Merasa punya hak untuk tindak turun tangan sampai tuntas.

Belum akhir cerita. Oknum pengguna aktif sétan-gèpèng merasa ahli menyelesaikan perkara besar. Dengan tak sadar malah mencari perkara lain. Efek domino berkomunikasi, berkolaborasi, berkoalisi dengan jajaran makhluk asing (iblis, sétan, jin). [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar