Serial pe-jin
pasif. Kedayagunaan sétan-gèpèng untuk kontrak politik
Apa itu alat sadap. Apa
semacam alat sadap karet. Apa semacam alat penguping. Sehingga jarum jatuh di
tetangga, terdengar dan sekaligus terekam suaranya sebagai bukti.
Apa alat itu bisa
dipesan, dibeli secara online. Atau dijual eceran di toko terdekat. Apa
bisa dimiliki secara bebas. Dalam ukuran bebas, minimal bisa dalam genggaman
tangan.
Apa perlu SIM (surat
izin menggenggam) atau perlu sertifikasi sebagai pemakai aktif. Lebih afdol
meyakinkan, konstitusional, diperkuat syarat calon pemakai jelas orientasi
ideologinya. Bukan sekedar relawan cari isi perut saja. Bukan penggembira atau
juru keplok.
Oknum penguasa pun,
kalau minat, niat memiliki “alat sadap” perlu dukungan UU. Panggilan tugas dan
tuntutan pekerjaan serta jaga wibawa diri. Mampu mendeteksi pihak atau lawan
politik yang sedang melakukan tindak tidak menyenangkan. Apalagi sampai
menetapkan ujaran kebencian, ujaran kebohongan yang sudah menjadi “hak milik”
penguasa.
Sedemikian canggih “alat
sadap” tersebut, sehingga mampu merekomendasikan pasal yang dilanggar oleh
pihak yang tertangkap suaranya.
Namanya kemajuan
peradaban yang berkemajuan, tidak jalan di tempat. Umum tidak perlu jauh-jauh
berangan-angan untuk memiliki barang “alat sadap” dimaksud.
Gadget yang didukung kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Di pengguna
dapat berselancar. Menjelajah dunia lain. Berkomunkasi dengan makhluk penghuni
alam dan dunia lain.
Mampu menghimpun bukti,
dalam bentuk gambar, foto atau jenis lainnya. Modal dasarnya adalah itikad
mengungkit-ungkit ‘kuman di seberang lautan’. Berkat intervensi, campur tangan,
konektivitas dengan makhluk asing (iblis, sétan, jin) maka seorang manusia dan
atau semanusia orang menjadi ahli jual beli perkara.
Memperkeruh dan
semangkin memperkeruh suasana yang sedang keruh. Semakin cerdas kadar
religinya, yang mana tentunya mengandalkan daya pikir, olah akal, tata logika,
semakin akrab dengan makhluk asing (iblis, sétan, jin). Berita sampah bisa
diolaj menjadi mutiara kata. Rekam jejaknya, semakin tambah jam terbangnya,
semakin merasa melebihi Rasulullah saw. Merasa punya hak untuk tindak turun
tangan sampai tuntas.
Belum akhir cerita.
Oknum pengguna aktif sétan-gèpèng merasa ahli
menyelesaikan perkara besar. Dengan tak sadar malah mencari perkara lain. Efek
domino berkomunikasi, berkolaborasi, berkoalisi dengan jajaran makhluk asing
(iblis, sétan, jin). [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar