Indonesia Memang Begitu
Untuk lancar bangga
menjadi bangsa Indonesia, sederhana. Hidup di lokasi hunian, tempat tinggal,
domisili yang akrab dengan alam. Tepatnya, dimana awal peradaban Nusantara
terbentuk.
Salah pilih, bisa
terjebak tradisi dinamisme dan animisme. Juga tidak. Karena di perguliran
zaman, bak bola salju. Rasa malu tidak hanya terkelupas sampai lapis cadangan. Semangat
untuk menjadi penguasa daratan, lautan dan angkasa Nusantara.
Syarat administrasinya
tidak bertélé-télé. Golongan darah tidak terpapar ideologi entah berantah. Sulit
dupenuhi. Justru, menilik kejadian 2014-2019, adab Nusantara bisa dimanipulasi,
direkayasa maupun dipelintir. Domba punya tanduk, bukan untuk sebagai senjata
saat adu domba.
Anak bangsa pribumi
punya nyali di atas rata-rata peradaban dunia. Semakin cerdas kadar ideologinya,
yang mana tentunya mengandalkan daya pikir, olah akal, tata logika, semakin
akrab dengan kekuatan entah berantah.
Pembaca yang bijak,
Tatakata “entah berantah”, semacam sensor. Untuk menyensor ujaran
yang tak patut, layak, pantas di rekam oleh kuping anak Indonesia yang belum
terkontaminasi pasal anèh tapi tidak ajaib.
Sebut saja tersedia jasa
pengganda jabatan. Istilah gaulnya adalah rangkap jabatan. Lebih populer adalah
dukun pengganda periode jabatan. Laku keras walau tanpa promosi, pasang
pariwara atau buka cabang di media massa berbayar lunas di muka.
Semakin ditelusuri jejak
masa depan, semakin banyak pilihan. Menuju ke segala penjuru. Semakin larut
dalam larutan yang tak bertepi. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar