Halaman

Minggu, 10 Juni 2018

suksesi Asian Games XVIII 2018, mistis tanam kepala kerbau vs mantra dukun pengganda periode


suksesi Asian Games XVIII 2018, mistis tanam kepala kerbau vs mantra dukun pengganda periode

Adalah tahun 1962. Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV. Antusias rakyat tanpa pamrih.  Dukungan moral dan moril penduduk, otomatis tanpa hitung-hitungan.

Praktik persatuan dan kesatuan, dalam pola gotong royong, berbentuk paguyuban, berupa wujud kerukunan, masih nyata. Masih kinyis-kinis, mak nyuus, sreeng.  Grengsengnya masih nasgitel.

Memang, suhu dan tensi politik dibilang panas dalam. Sudah ada pihak yang mulai demam, badan menggigil, otak berontak, mata merah. Namun, adat nasionalisme masih menonjol. Kawanan manusia politik ada yang bermain di balik layar, di belakang penguasa. Siap menelikung, menyalib dan menggunting dalam lipatan.

Ramuan dan menu politik ‘nasakom’ masih dirasa ampuh. Di pihak lain, koran dan RRI,  tidak memperkeruh suasana. Bola liar politik sudah kebaca. Pihak mana saja yang punya peran sterategis dalam mengelola kejahatan politik tingkat tinggi.

Rakyat dininabobokan dengan agenda pemerintah. Wabah korupsi sudah diakui secara yuridis formal. Jangan lupa, masih ada dan tersisa musuh negara, musuh rakyat. Fokus dan perhatian rakyat jangan sampai sempat-sempatnya mengkritisi pemeritah.

Pasal kontra-revolusioner, subversif dan yang paling pokok adalah anti-nasakom menjadi andalan pemerintah Orde Lama untuk main sapu bersih (saber) dan asal sikat bersih (siber) lawan politik.

Urusan perut rakyat, ada beras bulgur bantuan USA. Upaya dalam negeri dengan memproduksi oplosan ‘tekad’ utawa koalisi ketela, kacang, djagung. Belum ada minuman kemasan bertajuk air mineral. Apalagi laundry kiloan.

Rekam jejak sejarah, berisi duduk perkara, memuat kejadian perkara sampai modus, rekayasa perkara antar periode pemerintah, sebagai bukti adanya konspirasi politik makro. Seperti ekonomi makro. Biar kerèn. Berlaku peribahasa Jawa: “siji kurang, loro kakèhan”. Akhirnya, cukup dua anak. Menjadi keluarga catur warga. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar