Halaman

Sabtu, 23 Juni 2018

Jauh Jelang Waktu Subuh Sibuk Berteduh


Jauh Jelang Waktu Subuh Sibuk Berteduh

Faktor “U”: umur, usia menjadikan manusia ahli masjid. Mentang-mentang karena sudah BéTé (bau tanah) mendadak ingat akan cadangan waktu yang tersisa serta menipisnya tabungan umur, usia.

Faktor “U” yang lain, yaitu uzur (tapi belum usang) tak menjadikan hambatan untuk melangkahkan kaki ke masjid. Pasutri manula jalan santai karena langkah gontai, tak mau kalah dengan generasi pewaris masa depan bangsa.

Total kopral, pengurus masjid bersyukur. Terdapat jamaah 5 (lima) waktu. Tidak hanya langganan di shaf pertama dan atau kedua. Memilih tempat yang tersembunyi, sunyi. Agar tak dikenal dan dihafal. Ada yang usai salam, langsung “menghilang”. Atau menepi, minggir, berdoa sendiri.

Tiap hari bisa diambil kesimpulan. Sumber inspirasi melihat betapa niat, awal baik serta pendawaman atas ibadah. Bakda subuh, isya’ dilengkapi dengan acara baris saling berjabat tangan, salam-bersalaman, mulut ucap shalawat.

Potensi jamaah subuh di tausyiah, majelis ilmu sabtu dan ahad. Sedekahnya memang hanya >30% tromol jum’at. Sayang, tausyiah bakda magrhib hingga isya’, tiap rabu. Belum ada kotak amal beredar. Karena sedekah sabtu dan atau ahad, termasuk konsumsi. Mejelis teras efektif membuka peluang ukhuwah. Bisa kontak langsung dengan ustadz.

Terus terang vs terang terus.  Saya termasuk jamaah sewaktu-waktu. Saya ikhtiarkan jamaah subuh dan jamaah isya’. Kalau sholat jum’at bisa mengembara ke masjid lain. Menambah wawasan dan khazanah ilmu agama. Melihat umat isalm lain tempat. Beda masjid beda imam.

Yang membuat hati ini iri tetapi tidak dengki. Sesuai fatwa bijak bahwa kalau untuk urusan akhirat, lihat ke atas. Lihat tanpa batas usia, gelar akademis, para hamba Allah yang ahli masjid.

Modal jalan kaki sekitar 6 (enam) menit, sampai ke masjid. Pulang liwat jalan berbeda. Tak jarang disalip jamaah dan menawarkan boncengan. Yang sudah tahu hobi saya sebagai pejalan kaki cepat, hanya ucap salam.

Nyaris jika tiap ke masjid. Sudah terpateri dalil datang ke masjid jauh sebelum azan. Ambil posisi di shat pertama, terdepan. Efek dominonya, bisa dikenal atau dihafal jamaah yang berada di belakangku.

Nyaris setiap datang subuh ke masjid. Banyak jamaah yang sudah parkir di shaf terdepan. Melantukan ayat-ayat Al-Qur’an atau buka gadget. Tafakaur. Bermuhasabah. Mawas diri dan evaluasi diri sejak dini. Membawa tumpukan dosa. Berdoa khusyuk.

Nyaris, jamaah subuh yang sudah duduk tenang, didominasi golongan kesepuhan. Bahkan ada yang tanggal lahirnya puluhan tahun di atas saya. Suasana seperti ini memang menambah makna dan spirit ibadah.

Tampilan bapak-bapak, beda dengan saya yang model orang bangun tidur. Memang mereka terlatih bangun di sepertiga akhir malam. Lanjut ke masjid. Itulah kehidupan nyata. Itulah cara mereka menyikapi nyatanya kehidupan di dunia yang hanya mampir ngombé.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar