habis suara rakyat dibuang
Kedaulatan berada di
tangan rakyat. Namun karena jika maunya rakyat diikuti satu-persatu, pemerintah
kehabisan waktu.
Didata saja, semisal
untuk mendapatkan KTP-el, pemerintah sudah berganti, masih tetap berupa PR
nasional. Urusan tètèk-bengèk yang menjadikan menghabiskan energi dan emosi.
Ongkos cetak KTP-el bak
gula bagi aneka semut. Kasusnya tetap bergulir seolah tak akan berakhir. Ada kepentingan
yang lebih penting. Saling jaga rasa agar jangan terjadi saling menjatuhkan. Jangan
sampai jadi tontonan rakyat. Memalukan dan sekaligus memilukan.
Bencana politik dengan
goyangan sampai skala mégakorupsi, malah sebagai bukti cerdas ideologi.
Apa dosa politik bangsa
ini. Apakah karena politik memang menjanjikan nikmat dunia. Sehingga urusan
akhirat tidak masuk agenda politik. Mengurus negara memang urusan dunia.
Jadi, dalil yang dipakai
adalah agar semua rakyat menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah, selera
penguasa, modus penyelenggara negara. Ini baru benar. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar