Halaman

Senin, 25 Juni 2018

habis suara rakyat dibuang


habis suara rakyat dibuang

Kedaulatan berada di tangan rakyat. Namun karena jika maunya rakyat diikuti satu-persatu, pemerintah kehabisan waktu.

Didata saja, semisal untuk mendapatkan KTP-el, pemerintah sudah berganti, masih tetap berupa PR nasional. Urusan tètèk-bengèk yang menjadikan menghabiskan energi dan emosi.

Ongkos cetak KTP-el bak gula bagi aneka semut. Kasusnya tetap bergulir seolah tak akan berakhir. Ada kepentingan yang lebih penting. Saling jaga rasa agar jangan terjadi saling menjatuhkan. Jangan sampai jadi tontonan rakyat. Memalukan dan sekaligus memilukan.

Bencana politik dengan goyangan sampai skala mégakorupsi, malah sebagai bukti cerdas ideologi.

Apa dosa politik bangsa ini. Apakah karena politik memang menjanjikan nikmat dunia. Sehingga urusan akhirat tidak masuk agenda politik. Mengurus negara memang urusan dunia.

Jadi, dalil yang dipakai adalah agar semua rakyat menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah, selera penguasa, modus penyelenggara negara. Ini baru benar. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar