Halaman

Jumat, 22 Juni 2018

Indonesia kekini-kinian, rejeki nomplok vs wis rugi tur nombok


Indonesia kekini-kinian, rejeki nomplok vs wis rugi tur nombok

Indonesia yakin diri sedang, selalu, akan menjadi negara berkembang. Pasal ini mempengaruhi modus, skenario, rekayasa kinerja  setiap pemerintah.

Salah banyak tapi tetap satu induk adalah meninggalkan bom waktu, PR (pekerjaan rumah), bon tagihan ULN, waktu pelunasan janji politik yang sudah kedaluwarsa, wabah penyakit politik, benih bencana politik.

Sama. Antara presiden pertama sampai presiden ketujuh.

Ramalan politik mengatakan, pasca Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, bangsa dan rakyat Indonesia masih jauh dari fakta adil, makmur. Sedang dan selalu diusahakan. Sampai akhir presiden RI kedua.

Mengacu batasan atau pengertian bahwa kehidupan dimulai pada saat anak manusia berumur 40 tahun. Prediksi tahun 1985 Indonesia sudah diambang pintu cita-cita bersama. Liwat pintu reformasi, ditambah lema ‘sejahtera’. Dimulai atau diwakili oleh penguasa. Mulai tingkat pemerintahan paling bawah.

Bentuk lain ramalan, jika ternyata selama 40 tahun, khususnya rakyat Nusantara surprise bisa menjaga diri tetap eksis. Maka di sisa umur dan atau cadangan usia sudah terbiasa hidup dalam kondisi margin. Pas-pasan. Pas butuh duwit untuk keperluan, kebutuhan, kepentingan keluarga dan rumah tangga, ada saja rejeki yang mampir. Dari arah tak terduga. Sesusai firman-Nya.

Rakyat yang terbiasa makan keringat sendiri, akan lebih tahan banting. Tidak cèngèng. Tidak gampang mengeluh, melenguh, berkeluh kesah, mendasah, atau pamer bego liwat medsos.

Lain sejarah. Ada anak bangsa pribumi yang garis tangannya beda dengan rakyat kebanykan, wong cilik. Sudah terbiasa makan enak sejak dari sono-nya. Sampai tua pun, duduk manis jemur gigi, masih ada pihak kirim upeti.

Model ini memang karena keringat dan jasa kakek nenek moyangnya, manjur untuk dijadikan menang merek vs merek menang.

Bentuk lain, muncul aneka bentuk pemerintah bayangan. Peta politik sampai peta politik dinasti, sebagai syarat utama berkoalisi dengan mitra internasional. Rakyat hanya dibutuhkan suaranya, menggunakan hak pilih dengan cerdas sesuai arahan dan petunjuk. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar