rekam jejak
sang Pancasilais, jarum pèndèk vs arus pèndèk
Bukan salah bunda mengandung. Bukan salah tanah air mengundang putera-puteri asli daerah terbaik
untuk maju béla negara, meruawat wibawa negara di laga kandang. Kesebelasan
yang sarat kader karbitan, kader jenggot jauh periode sudah melakukan pola ‘belum meminang sudah menimang’.
Sejaran penerbangan
telah menorehkan sejarah pesawat Concorde, produk negara Prancis. Tiket
penerbangan ke luar negeri sudah bisa dibeli, kendati Concorde masih
dalam bentuk cetak biru. Bahkan belum dilakukan sosialisasi dengan métode
blusukan ke anak didik tingkat SMA.
Anak bangsa Nusantara ahli
membuat rancangan, rekayasa, konsep,
program, rencana atau perwujudan gagasan. Sampai lupa dengan sistem yang sudah
ada.
Ironis binti miris, pada
derajat tertentu, pada skala terdaftar, malah yang namanya ketentuan dalam
kitab suci umat beragama tauhid, seperti terlupakan. Mereka membuat rumusan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kiblatnya berupa kebijakan
partai serta asas taat, loyal, patuh total kepada sang oknum ketua umum sebuah
partai politik. Héla nafas saja dilarang.
Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan oleh juara umum pesta demokrasi. Selama
periode berlangsung, jangan bawa-bawa nama Pancasila. Sebagai dasar negara,
maka yang berada di segitiga ujung piramida, bebas bermain bebas. Mereka telah
lolos aneka saringan dan lulus ujian babak akhir mata kehidupan Pancasila.
Segala olah
pikir, tindak laku maupun tindak ucap, tidak bisa dipidanakan. Bahkan setelah
tidak menjabat. Kebijakan politik berada di atas hukum apapun. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar