Halaman

Minggu, 17 Juni 2018

Indonesia Belajar Menistakan Diri Sendiri

Indonesia Belajar Menistakan Diri Sendiri

Evolusi mukiyo menunjang wawasan harga diri sebagai bangsa yang besar. Mampu menghargai pahlawan maupun anak cucu pahlawan. Dengan menempatkan mereka agar mendapat pelayanan dan perawatan khusus.

Nilai-nilai kebangsaan, citra diri, wibawa negara maupun pesona penguasa menjadi taruhan. Bercermin, berkaca, mematut diri. Siap dengan aneka polesan.

Sejak dulu kala, bangsa dan rakyat sudah jadi pemaklum.

Pasca reformasi yang bergulir bebas dari puncaknya, 21 Mei 1998. Apa saja bisa terjadi di tanah air. Antar pelaku ada kaitan ideologis. Pemain watak laku keras. Sisanya pemain bayaran. Antri di bangku cadangan, relawan yang merasa serba bisa.

Model angkat bicara, sudah tak pakai kode etik. Aturan mainnya adalah tak ada aturan. Si empunya mulut, karena tuntutan pekerjaan dan panggilan tugas, bebas pasal pidana. Kedap kritikan. Semakin dikritisi, semakin menjadi-jadi. Seperti disengaja. Terlebih jika masuk jajaran elit manusia politik, orang partai. Top-topnya adalah petugas partai.

Gejolak generasi pewaris masa depan, kebagian ampas, sisa, sampah. Sudah habis, tuntas, lunas diijonkan ke entah berantah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar