Halaman

Senin, 25 Juni 2018

Indonesia kekini-kinian, mégakorupsi vs minimakar


Indonesia kekini-kinian, mégakorupsi vs minimakar

Bersyukur deras bangsa Indonesia. Makna judul di atas tidak berlaku di Indonesia. Secara teori pun tidak akan didapati di bahan ajar kerakyatan pendidikan anak usia dini.

Permainan anak, mainan anak, lagu anak tidak satu pun mencantumkan, mempersoalkan atau mensosialisasikan pekerjaan besar orang hebat dimaksud.

Sejak RI berdiri, apa yang akan terjadi, terjadilah. Konskuensi logis dari syahwat politik anak bangsa pribumi yang sedang butuh-butuhnya asupan gizi, nutrisi.

Indonesia tidak salah koki. Tidak salah menu. Tidak salah bumbu. Kurang pas menterjemahkan order dan sekaligus membaca arus bawah.

Semakin berumur, berusia, Indonesia semakin berisi dan tak kenal istilah renta, pikun apalagi uzur. Beda dengan oknum penyelenggara negara yang belum-belum sudah ketahuan watak aselinya. Tergesa-tergesa “panen raya” dengan dalih dan dalil “balik modal”.

Manusia politik Nusantara sudah diformat, dikemas, ditata luar dalam. Tidak sempat berpikir atau cari celah untuk “berbuat banyak”. Satu macam ide untuk menggeliat kepanasan, kecapaian saja cukup alasan untuk dikenai pinalti.

Walau bagaimana pun, pekerjaan politik, matapencaharian politik tetap berdaya tarik tinggi. Serba menjanjikan. Pandai-pandai mensiasatinya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar