Halaman

Kamis, 07 Juni 2018

ketika musim béla negara tiba


ketika musim béla negara tiba

Masih terekam di alam ingatan anak bangsa pribumi akan sejarah penjajahan oleh bangsa asing di negeri sendiri. Selama pelaku sejarah masih bisa mentuturkan pengalamannya, sejarah tak akan dilupakan.

Namun watak orang timur, pelaku sejarah merasa hanya kewajiban sebagai warga negara. Pejuang bangsa pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2018, secara formal merasa sebagai panggilan tugas.

Akhirnya sejarah yang tercatat resmi, dibakukan, dibukukan merupakan produk pemerintah.

Hakikat pejuang bangsa tidak terikat oleh waktu, tempat dan apalagi jabatan. Tanpa diminta, mereka selalu berbuat untuk bangsa dan negara ini. Sekecil, seringan apapun kontribusinya. Didawamkan sebagai tindakan nyata hari demi hari. Nyaris statis, tipikal dan berulang. Tapi bukan bak robot.

Kendati berdasarkan Perubahan Kedua UUD NRI 1945 bahwasanya peran rakyat dalam usaha pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta sebagai kekuatan pendukung. Jangan anggap, sesederhana itu.

Faktor domisili, peduli lingkungan, interaksi sosial serta praktik aneka bentuk paguyuban, pola kerukunan maupun asas gotong royongnya. Modal dasar rakyat untuk mengantisipasi gerakan yang nganèh-anèhi di lingkungan tempat tinggalnya.

Kendati ada pendatang yang mampu membaur, menyesuaiikan diri, beradaptasi, itu pasal lain. Bukan lantas mudah curiga dengan yang serba asing. Siapa duga ada turis mancanegara yang blusukan ke lokasi yang alami, natural dan panacasilais tanpa polesan. Siapa sangka ada program studi banding, kunjungan kerja dari wakil rakyat negara tetangga.

Jangan lupakan sejarah rakyat yang pemaklum. Melihat tingkah laku penguasa a.l dengan ujaran kebencin, ujaran kebodohan dan modus lainnya. Cukup usap dada sambil ber-istighfar. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar