Halaman

Minggu, 24 Juni 2018

Indonesia belum BéTé (bau tanah), cuma sedang mampir ngombé


Indonesia belum BéTé (bau tanah), cuma sedang mampir ngombé

Malang ada di Indonesia. Pancasila hanya ada satu dan satu-satunya di dunia dan berada di Indonesia. Secara historis,  KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) di Indonesia sudah mendarah daging. Antar periode pemerintah mempraktiknya sesuai versi dan dalilnya.

Amanat penderitaa rakyat (ampera) produk ungguilan Orde Lama, tetap bergulir. Format ampera sesuai selera periode pemerintah. Ditarik mundur, sejak bergulirnya reformasi dari puncak 21 Mei 1998, rumusan ampera masuk RPJMN.

Lema ‘rakyat’ masuk kamus politik dan bahasa politik, tidak sekedar abang-abang lambé. Menentukan heroisme, patriotisme sekaligus pancasilais parpol pengusungnya, biar dikira pro-rakyat banget.

Namanya syahwat politik Nusantara. Istilah ‘kolusi’ dicarikan pada padannya, bahasa kerènnya. Comot istilah: konspirasi, kolaborasi, kompromi, koalisi serta suka-suka ambil di pergaulan dunia.

Fanatisme manusia politik di Indonesia lebih fanatik daripada umat beragama. Disebabkan peran dan posisi sentral oknum ketua umum – terlebih dengan hak prerogatifnya – bisa melebihi nabi. Nasib mati hidupnya “sang penganut”, sudah dikontrak hidup-hidup.

Bukan isapan jempol kaki, bahwasanya anak cucu ideologis parpol yang lahir jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, tak ada matinya. Beradaptasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan. Muncul sambil tepuk dada besar kepala, cuci tangan merasa tak berdosa politik atau main tuding.

Kita memang bangsa besar. Rakyat cerdas maklum atas segala perilaku penguasa yang akan selalu haus kuasa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar