jangan kau tebar aroma dan rahasia dapur keluarga
Peran
klasik, peran historis, peran sentral seorang ibu dalam tata kehidupan keluarga
tak terbantahkan. Wajar jika terjadi dikotomi peran ibu rumah tangga vs peran
wanita karir. Faktor pembeda seolah hanya pada peran di dapur dan atau peran
pencari nafkah. Yang disebut kedua, bisa masuk kategori peran wanita sebagai
tulang rusuk meningkat menjadi tulang punggung keluarga.
Sosok ibu
rumah tangga (rumga) yang diramu dengan olahan kata: “surga nunut, neraka katut”. Sah-sah saja.
Keluarga
menjadi madrasah utama dan sekolah pertama bagi sang anak. Ibu merangkap sebaga
guru yang serba asah, asih, asuh. Rumah tangga, keluarga sebagai ladang amal bagi
ibu rumga. Tanpa harus melanglang buana. Cukup dengan skala lingkungan. Adab bertetangga
dipenuhi dengan santun.
Kemanfaatan
gadget bisa menjadikan seorang ibu rumga tetap dapat melakukan interaksi
sosial, interaksi pasif. Akumulasi input aneka info, bisa menjadikan diri
penat. Perlu ajang penyaluran.
Tunggu dulu,
wanita karir jika berurusan dengan rumah tangga, menjaga perasaan suami bukan
lantas menjadi piawai. Kesalahan kecil bisa menjadi ahli neraka. Betapa sang
wanita karir dengan cerdas mampu melihat 1 (satu) kesalahan suami.
Modal kebiasaan
sebagai pekerja atau professional, tanpa pikir panjang dengan santai membeberkan
pasal kesalahan suami. Kebaikan suami selama setahun menjadi sirna, terabaikan.
Agar penemuannya
meyakinkan, tanpa ragu dan malu diobral ke tetangga. Semakin mencari kebenaran.
Padahal, semakin melangkah, cermin semakin besar. Bangga dengan langkah yang
sedang, akan dan selalu diambil untuk “main hakim sendiri”. Semua salah, hanya dirinya yang benar. Karena merasa
sudah memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai wanita karir dengan cemerlang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar