Halaman

Kamis, 07 Juni 2018

jangan kau tebar aroma dan rahasia dapur keluarga


jangan kau tebar aroma dan rahasia dapur keluarga

Peran klasik, peran historis, peran sentral seorang ibu dalam tata kehidupan keluarga tak terbantahkan. Wajar jika terjadi dikotomi peran ibu rumah tangga vs peran wanita karir. Faktor pembeda seolah hanya pada peran di dapur dan atau peran pencari nafkah. Yang disebut kedua, bisa masuk kategori peran wanita sebagai tulang rusuk meningkat menjadi tulang punggung keluarga.

Sosok ibu rumah tangga (rumga) yang diramu dengan olahan kata: “surga nunut, neraka katut”. Sah-sah saja.

Keluarga menjadi madrasah utama dan sekolah pertama bagi sang anak. Ibu merangkap sebaga guru yang serba asah, asih, asuh. Rumah tangga, keluarga sebagai ladang amal bagi ibu rumga. Tanpa harus melanglang buana. Cukup dengan skala lingkungan. Adab bertetangga dipenuhi dengan santun.

Kemanfaatan gadget bisa menjadikan seorang ibu rumga tetap dapat melakukan interaksi sosial, interaksi pasif. Akumulasi input aneka info, bisa menjadikan diri penat. Perlu ajang penyaluran.

Tunggu dulu, wanita karir jika berurusan dengan rumah tangga, menjaga perasaan suami bukan lantas menjadi piawai. Kesalahan kecil bisa menjadi ahli neraka. Betapa sang wanita karir dengan cerdas mampu melihat 1 (satu) kesalahan suami.

Modal kebiasaan sebagai pekerja atau professional, tanpa pikir panjang dengan santai membeberkan pasal kesalahan suami. Kebaikan suami selama setahun menjadi sirna, terabaikan.

Agar penemuannya meyakinkan, tanpa ragu dan malu diobral ke tetangga. Semakin mencari kebenaran. Padahal, semakin melangkah, cermin semakin besar. Bangga dengan langkah yang sedang, akan dan selalu diambil untuk “main hakim sendiri”.  Semua salah, hanya dirinya yang benar. Karena merasa sudah memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai wanita karir dengan cemerlang. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar