suksesi Asian Games XVIII, bahasa dokter vs bahasa pasien
Tentu
ada rasa kecewa atlet maupun kontingen Republik Indonesia yang ikut laga
olahraga tingkat Asia, yaitu Asian Games XVIII yang resmi dimulai 18.08.2018. Kecuali
atlet yang direkrut dari daerah, apalagi yang dari luar pulau Jawa.
Efek lain
sebagai tuan rumah, ada beban mental berganda, berlapis, terselubung. Makna sukses
sesuai pihak yang merasa wajib dengan aneka raihan berbasis wajib. Pihak yang
merasa paling berwajib adalah pemerintah atau tepatnya penguasa periode
2014-2019.
Target sukses
yang terukur menjadikan turun tangan pemerintah secara total. Negara peserta
tentu faham dengan pasal sukses AG XVIII. Khususnya negara yang ada hubungan
kekerabatan jalur ekonomi. Tidak mau hubungan perkongsian diciderai hanya soal
kalah menang. Target keuntungan finansial menjadi tolok ukur. Tidak ada kata
mengalah atau dikalahkan. “Sportivitas” pengusaha beda dengan dasar nilai-nilai
sportivitas.
Jangan kuatir saudara sebangsa setanah air, rakyat Indonesia yang perikehidupannya berbasis Pancasila hanya bisa
dukung dengan doa. Doa tanpa diminta karena sebagai rasa tanggung jawab moral anak
bangsa pribumi. Tak ada kata baik-buruk pemerintah di mata dan hati rakyat. Dukanya
rakyat tetap disimpan dalam hati. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar