Serial pe-jin pasif. Jaga stabilitas iman dan jalur mencapai derajat
mukhlis
Ashar di hari terakhir
bulan Ramadhan 1439H, di masjid perumahan tempat tinggal. Usai salam dan doa
bareng, lanjut duduk tafakur. Tak sengaja, kanan saya duduk anak muda pakai
kaos lengan panjang. Tanpa kerah.
Waktu saya manfaatkan
untuk keruk ilmunya. Lebih muda nyaris seperempat abad. Masalah agama, lihat
yang lebih sesuai rukun dan adab. Termasuk ustadz. Tausyiah tarawih hari terakhir
Ramadhan 1439H, kebagian membuat kesimpulan.
Diskusi lancar. Beliau mengajar
ngaji semua anak saya. Yang diingat, anak saya yang kembar. Jadi banyak
nyambungnya. Bisa pasal seputar keluarga.
Beranjak dari kegiatan
yang pernah dilakukan masjid, yaitu ruqyah syarr’ah. Bukan masalah pro dan
kontra. Simak dalilnya di Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi
taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah swt.
Maksudnya pemberian
taufiq dari Allah swt. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang terlepas dari
tipu daya setan mengikuti jalan yang lurus yang dijaga Allah swt. Jadi sesat
atau tidaknya seseorang adalah Allah yang menentukan.
Setan tidak mempunyai
kekuasaan atas orang beriman. Setan hanya akan mengendalikan pengikutnya, yaitu
orang-orang yang sesat sejak zaman nabi Adam a.s.
Jadi, selama kita hidup
di muka bumi, jangan coba-coba iseng bersentuhan dengan makhluk halus. Jangan sekalipun
dilakukan walau hanya sekedar “komunikasi” atau melakukan “interaksi”. Jangan mudah
tanya alamat. Begitu kaki melangkah masuk kapling mereka, susah untuk surut
atau ditarik kembali.
Buat makhluk halus berpikir
ulang untuk “mendekati” diri kita. Kapanpun, dimanapun, dalam kondisi dan
keadaan bagaimanapun. Jangan merasa diri kita lebih tinggi daripada, dibanding
makhluk lain ciptaan-Nya. Apalagi sampai menghamba kepada makhluk halus yang
jelas telah dikutuk-Nya.
Sesungguhnya kutukan-Nya
tetap atas iblis sampai hari pembalasan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar