Halaman

Senin, 20 Oktober 2014

NII : MAKAR DI DUNIA MAYA ATAU DUNIA NYATA?

NII : MAKAR DI DUNIA MAYA ATAU DUNIA NYATA?


Awam merasakan gerakan NII (Negara Islam Indonesia?) sebagai gerakan radikal, pencuci otak, penggalang dana, dsb. Media massa melalui pakar omongnya telah mem-blow up NII sedemikian rupa, sehingga memberi kesan seolah-olah NII masuk kategori “makar”. Diramu dengan pasal hukum serta dipolitisir sedemikian atraktif, sehingga pemirsa/pembaca lupa asal-muasal, serta hakekat NII. “Tokoh” NII masih gentayangan dengan tampilan yang mengalahkan pemain watak.

Gerakan NII dengan prinsip bisa ada dimanapun, dengan siapapun, serta bisa melakukan apapun. Dampaknya, minimal menjadi pariwara gratis gerakan Islamophobia (mungkin ini target dan sasaran pencetus/pendiri NII), dengan modus operandi yang sulit diendus aparat keamanan.  Begitu ada korban, banyak pihak malah saling menyalahkan. Pemerintah menjadi kambing hitam. Padahal di NKRI ini masih ada Muhammadiyah dan NU (lebih suka masuk ranah Pemerintah maupun politik daripada kemaslahatan umat) serta partai politik berbasis atau platform agama Islam.

Kewaspadaan dan kerukunan umat Islam sedang diuji. NII bisa lebih kejam dari fitnah. Pihak yang bisa dirangkul NII karena secara emosional masih labil, tidak pandang usia dan status sosial. Selain memuat budaya instan, masyarakat pada umumnya masih senang hidup dalam mimpi. Di lain kondisi, tak ada yang gratis. Bahkan mau buang air kecil pun harus bayar (di WC Umum).

Makar NII sangat beda dengan makar secara konstitusional, kudeta militer, dsb. Gerakan NII menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat secara sistematis, akurat, masif, luwes, dan dinamis. Modus operandi NII merupakan resultan dari model Orla yaitu hantam kromo; model Orba yaitu kalau tak bisa dirangkul, pakai cara didengkul; model PKI yaitu tujuan menghalalkan segala cara serta berhala Reformasi yang berupa 3K (Kaya, Kuat dan Kuasa).

Gerakan NII tidak bisa ditumpas dengan gerakan militer (seperti Densus 88 merazia teroris lokal), tidak bisa dienyahkan dengan gerakan anti NII, tidak bisa dimusnahkan dengan NII tandingan. Infiltrasi NII sepertinya memang sudah disiapkan secara matang. NII bisa sebagai cara, bisa sebagai alat, bisa sebagai kuda tunggangan, bisa sebagai wadah, bisa sebagai sistem.

Di dunia nyata, pergulatan politik lima tahunan, menyebabkan orang tak sabar dalam antrian dan penantian yang tak menentu. Termasuk malah melubangi kapal, bukan ikut membantu lajunya kapal yang sarat dengan penduduk. Daripada mati berdiri di dunia nyata, lebih baik hidup dan eksis di dunia maya. NII punya kabinet, merupakan tawaran yang menggiurkan. NII menawarkan berbagai kemudahan (bahkan dengan iming-iming bonus masuk surge secara cepat dan mudah) serta fasilitas duniawi. Syahwat politik bisa tergoda dengan rayuan NII. Apalagi jelang pileg dan pilpres 2014.

Jadi, NII melebihi makar atau kudeta (baik di dunia maya maupun dunia nyata), banyak pihak merasa diuntungkan, mengambil keuntungan, tinggal panen untung serta bisa menjala ikan di air keruh dengan pukat harimau. Sekali tepuk berbagai nyawa tercabut. [HaeN]. 17 Mei 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar