NII : MAKAR DI DUNIA MAYA ATAU DUNIA NYATA?
Awam merasakan gerakan NII
(Negara Islam Indonesia?) sebagai gerakan radikal, pencuci otak, penggalang
dana, dsb. Media massa melalui pakar omongnya telah mem-blow up NII sedemikian
rupa, sehingga memberi kesan seolah-olah NII masuk kategori “makar”. Diramu
dengan pasal hukum serta dipolitisir sedemikian atraktif, sehingga
pemirsa/pembaca lupa asal-muasal, serta hakekat NII. “Tokoh” NII masih
gentayangan dengan tampilan yang mengalahkan pemain watak.
Gerakan NII dengan prinsip
bisa ada dimanapun, dengan siapapun, serta bisa melakukan apapun. Dampaknya,
minimal menjadi pariwara gratis gerakan Islamophobia (mungkin ini target dan
sasaran pencetus/pendiri NII), dengan modus operandi yang sulit diendus aparat
keamanan. Begitu ada
korban, banyak pihak malah saling menyalahkan. Pemerintah menjadi kambing
hitam. Padahal di NKRI ini masih ada Muhammadiyah dan NU (lebih suka masuk
ranah Pemerintah maupun politik daripada kemaslahatan umat) serta partai politik
berbasis atau platform agama Islam.
Kewaspadaan dan kerukunan
umat Islam sedang diuji. NII bisa lebih kejam dari fitnah. Pihak yang bisa
dirangkul NII karena secara emosional masih labil, tidak pandang usia dan
status sosial. Selain memuat budaya instan, masyarakat pada umumnya masih
senang hidup dalam mimpi. Di lain kondisi, tak ada yang gratis. Bahkan mau
buang air kecil pun harus bayar (di WC Umum).
Makar NII sangat beda
dengan makar secara konstitusional, kudeta militer, dsb. Gerakan NII menggerogoti
sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat secara sistematis,
akurat, masif, luwes, dan dinamis. Modus operandi NII merupakan resultan dari
model Orla yaitu hantam kromo; model Orba yaitu kalau tak bisa dirangkul, pakai
cara didengkul; model PKI yaitu tujuan menghalalkan segala cara serta berhala
Reformasi yang berupa 3K (Kaya, Kuat dan Kuasa).
Gerakan NII tidak bisa
ditumpas dengan gerakan militer (seperti Densus 88 merazia teroris lokal),
tidak bisa dienyahkan dengan gerakan anti NII, tidak bisa dimusnahkan dengan
NII tandingan. Infiltrasi NII sepertinya memang sudah disiapkan secara matang.
NII bisa sebagai cara, bisa sebagai alat, bisa sebagai kuda tunggangan, bisa
sebagai wadah, bisa sebagai sistem.
Di dunia nyata, pergulatan
politik lima tahunan, menyebabkan orang tak sabar dalam antrian dan penantian
yang tak menentu. Termasuk malah melubangi kapal, bukan ikut membantu lajunya
kapal yang sarat dengan penduduk. Daripada mati berdiri di dunia nyata, lebih
baik hidup dan eksis di dunia maya. NII punya kabinet, merupakan tawaran yang
menggiurkan. NII menawarkan berbagai kemudahan (bahkan dengan iming-iming bonus
masuk surge secara cepat dan mudah) serta fasilitas duniawi. Syahwat politik
bisa tergoda dengan rayuan NII. Apalagi jelang pileg dan pilpres 2014.
Jadi, NII melebihi makar
atau kudeta (baik di dunia maya maupun dunia nyata), banyak pihak merasa
diuntungkan, mengambil keuntungan, tinggal panen untung serta bisa menjala ikan
di air keruh dengan pukat harimau. Sekali tepuk berbagai nyawa tercabut. [HaeN]. 17 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar