Halaman

Selasa, 21 Oktober 2014

Dunia, Daerah Bebas Bertindak

Dunia, Daerah Bebas Bertindak


Fiman Allah yang diabadikan dalam Al-Qur’an [QS Al Qashash (28) : 77] :  Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Tersurat maupun tersirat, Allah memerintahkan kepada umat Islam agar dapat menciptakan keseimbangan antara usaha mengejar urusan dunia dengan  ikhtiar mengutamakan urusan dengan Allah atau keperluan ukhrawi. Tidak mengejar atau mengutamakan salah satunya dengan cara meninggalkan atau menomorduakan yang lainnya.

Bahkan untuk niat pun saat kita seolah menghadapi pilihan dilematis, memilih urusan dunia atau urusan akhirat, Allah memberikan pembalasan kepada amal seseorang menurut niatnya. Yaitu dalam Al-Qur’an [QS Asy Syuura (42) : 20] :  Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.”

Kehidupan duniawi dan ukhrawi merupakan fitrah yang harus dilakoni oleh manusia secara seimbang, selaras dan serasi. Melakoni kehidupan ini dengan memenuhi kebutuhan keduanya dalam satu paket. Allah melalui firman-Nya, mengingatkan kita untuk melaksanakan fitrah sebagai manusia dengan rencana, tidak sekedar mengkuti perjalanan waktu. Membuat keseimbangan antara urusan dunia dengan urusan akhirat merupakan bagian dalam ajaran Islam yang harus dilaksanakan oleh umatnya.

Rasulullah saw berpesan agar setiap umat Islam menganggap dirinya di dunia ini seperti orang asing atau orang yang lewat saja. Orang asing yang tidak memiliki tempat tinggal. Negeri tempat ia berada, bermukim dan bertempat tinggal bukanlah kampung halamannya. Dunia atau negeri ini hanyalah tempat kita menyelesaikan berbagai keperluan dan urusan,  kemudian lanjut kembali ke kampung halamannya. 

Begitu pula bagai orang yang numpang  lewat. Kita akan terus berjalan meski kadang singgah sebentar untuk sekadar berteduh atau mencari bekal, lalu melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuannya.  Jadi dunia ini bagi umat Islam adalah tempat asing atau persinggahan saja. Kita mengacu : Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata, Rasulullah saw memegang kedua bahuku dan bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia seolah-olah orang asing atau orang yang lewat.’  Ibn Umar berkata, ‘Jika engkau ada pada waktu sore maka jangan menunggu pagi hari.  Jika engkau ada pada waktu pagi maka jangan menuunggu sore hari.  Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu untuk bekal matimu (HR al-Bukhari, Ibn Hibban dan al-Baihaqi).

Nasihat yang disampaikan oleh Rasulullah saw merupakan pelajaran yang utama bagaimana menyikapi dunia.  Siapa saja yang mengambil nasihat itu tidak akan tertipu dan terpedaya oleh dunia.

Dalam skala dunia, dalam tataran dan tatanan dunia, nampak bangsa yang berbuat ke bangsa lain tanpa takaran moral, etika dan agama dengan dalih menegakkan Hak Asasi Manusia. Siapa yang kuat dalam diplomasi dan teknologi militer bisa mendikte bangsa lain, bahkan bisa mendikte dunia. Secara individu, banyak manusia, bahkan umat Islam menjadikan dunia ini atau sewaktu hidup di dunia, bebas melakukan apa saja.

Bebas tanpa batas karena merasa mempunyai kewenangan tanpa batas atau karena pengetahuannya terbatas. Bebas mengeluarkan ucapan dan pernyataan, melakukan berbagai tindakan karena merasa kebal hukum. Bebas seolah tidak ada rambu-rambu hukum atau merasa tak ada pasal hukum yang dilanggarnya.

Hak bebas yang kita kantongi, bukannya tanpa dampak, bukannya tidak ada timbal baliknya, bukannya tidak ada sanksi yang menunggu. Kita mengacu Al-Qur’an [QS Al Israa’ (17) : 18 dan 19] :  Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”

Semua berpulang kepada diri kita untuk memilah dan memilih langkah, untuk menentukan pilihan atau membuat kesempatan, menyusun peluang serta memanfaatkan  lima hal sebelum terwujud lima hal yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw bersabda : “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR Al Hakim).



-----------------






Tidak ada komentar:

Posting Komentar