Kamis, 06/05/2004 08:36
OPOSISI DAN BISA MERASA
Oposisi memang bukan
barang baru. Terlebih dalam sistem presiden sial. Bung Karno yang didaulat
sebagai presiden seumur hidup dijegal PKI. Penjegal lainnya jadi presiden.
Sejarah berulang, Pak Harto ketiban sial dilengserkerabon oleh kekuatannya
sendiri, anak didiknya sendiri. Tiga presiden di era Reformasi cukup sial yaitu
menjabat tak sampai satu periode 5 tahun.
Menjadi oposisi
secara tekstual maupun kontekstual harus mengantongi kiat “bisa merasa”,
bukannya “merasa bisa”. Kalau merasa bisa, bak penonton yang merasa lebih lihai
daripada pemain, dan merasa lebih becus daripada pengurus dan pelatihnya. Untuk
merasa bisa harus berada dalam barisan, menjadi bagian dari sistem, mempunyai
jaringan kerja dan akses yang strategis dan terlibat secara total. Bisa melihat
kondisi pada kedua sisi.
Sebagai orang timur,
bangsa ini lebih suka dipuji dan dipuja, apalagi oleh bangsa asing.
Kebalikannya, akan meradang bila digurui oleh bangsa dewe. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar