Lakoni Hidup Dengan Rencana
Air Mengalir
Hidup memang fungsi waktu, secara
sadar kita melakoninya dari waktu ke waktu, sehari demi sehari, nyaris rutin,
monoton, ritmis, linier dan tipikal. Apa yang kita kerjakan seolah mengulang kegiatan
seperti kemarin, sejak bangun pagi sampai bangun pagi hari berikutnya.
Kehidupan nampak didikte oleh waktu, seolah hidup hanya mengisi waktu. Banyak niat dan kiat untuk memanfaatkan
waktu dilakukan manusia.
“Ikuti hidup seperti air mengalir”, ungkapan sederhana, tulus, tercetus dari
mulut. Kalimat yang nampak filosofis, filsafati, falsafah dan sarat makna. Seolah
kita sudah meyakini dan sedang menjalani takdir. Seolah kita menerima kenyataan
hidup apa adanya. Seolah kita pasrah tanpa protes saat mengarungi dan menarungi
lautan kehidupan. Seolah dalam kehidupan ini kita tidak perlu berperilaku,
berulah dan bertindak macam-macam.
Pepatah Jawa “Nrimo ing pandum”, arti yang mendalam adalah orang harus iklas menerima hasil dari usaha
yang sudah dia kerjakan. “Ngunduh wohing pakarti”, bersifat maknawai.
Tergantung penggunaan, secara bahasa maka artinya adalah “memetik hasil
perbuatan”. Ada yang memandang dengan makna bahwa setiap pikiran, ucap dan
tindak seeorang ada akibatnya, dampaknya. Hidup di dunia adalah hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan aturan main tertulis (hukum)
dan tak tersurat (norma). Ada rambu-rambu kehidupan, ada pranata sosial.
Ubah Dan Adu Nasib
Nasib air
selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Menurun, tidak bisa menanjak.
Untuk mengalir pun harus menunggu banyak, setelah menjadi genangan. Melebihi
daya tampung wadahnya, air luber kemana-mana. Seolah tanpa daya.
Jika nasib
kita seperti air, apa jadinya dunia ini.
Seolah hidup tanpa rencana, mengalir apa adanya. Firman Allah mengingatkan kita
agar hidup berdasarkan rencana, [QS Ar Ra’d (13) : 11] : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah[a]. Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan[b] yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.”
[a].
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan
yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran
itu, disebut malaikat Hafazhah.
[b].
Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak merubah
sebab-sebab kemunduran mereka.
Jadi,
melakukan perubahan tidak dilakukan secara radikal, sporadis dan musiman saja.
Harus diawali dari rencana. Hasil evaluasi diri sejak dini, terhadap apa saja
yang kita kerjakan hari ini, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, sebagai
masukan rencana harian.
Rencana Harian
Islam
mengajarkan dan menganjurkan jelang tidur malam, ada rukunnya atau adabnya.
Agar kita bisa bangun, karena tidur adalah mati sementara, bebas dari sanksi
hukum Allah. Niatkan bangun sepertiga malam terakhir, atau minimal sebelum
panggilan kumandang azan. Hal yang baik bisa kita ulang tiap bangun pagi.
Mantapkan dalam diri kita, dengan kehendak-Nya, kita lakukan yang terbaik hari
ini.
Persiapan
mengikuti sholat Jumat, ada tahapan yang harus kita ikuti. Menghadapi puasa
wajib di bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan melakukan rencana dan persiapan.
Sehingga puasa Ramadhan bukan sebagai beban setahun sekali. Tak kurang
diberitakan, ada umat yang masuk kategori penerima daging qurban, malah
berupaya menabung agar jelang Idul Adha bisa beli kambing. Bahkan ada yang
menabung uang sepanjang usianya untuk melaksanakan ibadah haji.
Investasi Akhirat
Nyaris sebagian besar waktu yang kita liwati, diutamakan
untuk urusan dunia, untuk mencari sesuap nasi. Urusan dengan Allah, terutama dan utama adalah komunikasi dalam bentuk
sholat 5 waktu. Manajemen waktu, memadukan urusan akhirat dengan urusan dunia,
agar kita tak tersesat. Karena mengikuti rambu-rambu hukum Allah.
Rencana yang kita
susun tidak hanya mengakomodir urusan
dunia, bahkan bersifat prospektus. Rencana
hidup mengacu pada kebutuhan masa depan, seperti yang tersurat dalam
terjemahan [QS Al Hasyr (59) : 19] : “Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Hidup adalah berproses, soal seberapa,
kapan dan bagaimana hasil dari segala ikhtiar kita, adalah hak prerogratif
Allah [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar