Habis Banjir Terbitlah Penyakit Mulut
DPR dan Presiden telah setuju untuk menetapkan UU 24/2007 tentang “Penanggulangan
Bencana”. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Banjir ada di mana saja, kapan saja, dampak banjir tidak hanya dirasakan
oleh korban banjir, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat di lokasi bebas
banjir. Bahkan negara lain ikut merasakan duka. Bencana diperparah oleh
pemberitaan, sebagai kesempatan untuk mengkritisi Pemerintah.
Bencana apapun menjadi sarana menaikkan peringkat media massa, khususnya TV
swasta. Selain liputan langsung, tayangan breaking news, sampai mengundang ahli
komentar di acara diskusi, dialog dan debat. Pembawa acara, semisal di MetroTV
dan TVone, merasa bisa. Dengan percaya diri buka suara bahwa Pemerintah tidak
cepat tanggap terhadap banjir. Acara
digelar di hotel berbintang, diselingi penyandang dana untuk promo.
Penyakit mulut, dimulai dengan bukti yang telah dibuktikan oleh komentartor
peliput langsung di TKP, dengan bangga mengulas dan menganalisa penyebab
banjir. Mendramatisir kejadian, sambil mewancarai korban banjir untuk mendukung
argumen yang sudah disampaikan. Tanpa sungkan, tanpa merasa malu, membuat
pernyataan dan minta dukungan korban banjir yang memang dipilih dari rakyat
biasa, yang hanya bisa menganggukkan kepala. Pewancara puas.
Penyakit mulut, mulut gatal kalau tidak berkomentar. Prinsipnya sederhana,
gajah bengkak nangkring dan nongkrong di kelopak mata, tidak terasa. Kumannya
kuman bertengger di belahan bumi lainnya, nampak jelas. Mulut menjadi beku
kalau tidak mengumbar nafsu dan syahwat mulut. Mulut menjadi terkunci kalau
hanya jadi penonton, apalagi kalau disuruh berjibaku kerja bakti. Minimal jadi
relawan. Mulut menjadi kaku, kalau sehari tidak menyalahkan orang lain serta
menganggap dirinya paling bersih, benar dan baik.
Penyakit mulut yang melanda awak media massa, apa pun yang diucapkan, yang
dicuapkan, sah dan halal. Siapa yang menguasai media massa akan jadi raja,
sejalan dengan faham Zionis. Kolaborasi dengan penyandang dana, menghasilkan
tayangan yang lebih kejam dari fitnah. Akibat banjir, jalan berlubang dan mulut
semakin berlubang. Mulutmu harimaumu, akan mengkerkah kepalamu !!! Media massa
jadi budak dan diperbudak oleh mulutnya.
Korban banjir meratap, media massa menyumbang limbah ucap.
Korban banjir rumah hanyut, media massa semakin menghasut
Korban banjir rugi harta benda, media massa bertambah bahan canda
Korban banjir rumah terendam, media massa tersenyum mata terpejam
Korban banjir mandi lumpur, media massa yang penting nama termasyur
Korban banjir hidup menderita, media massa asyik menjual berita
Banjir sehari bisa menimbulkan, membangkitkan dan menjangkitkan penyakit
mulut sampai satu periode. Wacana yang disuarakan media massa, ibarat, dan
memang : dokter hidup dari orang sakit; pengacara makan dari orang salah; media
massa sukses karena bencana. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar