Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

Habis Banjir Terbitlah Penyakit Mulut

Habis Banjir Terbitlah Penyakit Mulut

DPR dan Presiden telah setuju untuk menetapkan UU 24/2007 tentang “Penanggulangan Bencana”. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir ada di mana saja, kapan saja, dampak banjir tidak hanya dirasakan oleh korban banjir, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat di lokasi bebas banjir. Bahkan negara lain ikut merasakan duka. Bencana diperparah oleh pemberitaan, sebagai kesempatan untuk mengkritisi Pemerintah.

Bencana apapun menjadi sarana menaikkan peringkat media massa, khususnya TV swasta. Selain liputan langsung, tayangan breaking news, sampai mengundang ahli komentar di acara diskusi, dialog dan debat. Pembawa acara, semisal di MetroTV dan TVone, merasa bisa. Dengan percaya diri buka suara bahwa Pemerintah tidak cepat tanggap terhadap banjir.  Acara digelar di hotel berbintang, diselingi penyandang dana untuk promo.

Penyakit mulut, dimulai dengan bukti yang telah dibuktikan oleh komentartor peliput langsung di TKP, dengan bangga mengulas dan menganalisa penyebab banjir. Mendramatisir kejadian, sambil mewancarai korban banjir untuk mendukung argumen yang sudah disampaikan. Tanpa sungkan, tanpa merasa malu, membuat pernyataan dan minta dukungan korban banjir yang memang dipilih dari rakyat biasa, yang hanya bisa menganggukkan kepala. Pewancara puas.

Penyakit mulut, mulut gatal kalau tidak berkomentar. Prinsipnya sederhana, gajah bengkak nangkring dan nongkrong di kelopak mata, tidak terasa. Kumannya kuman bertengger di belahan bumi lainnya, nampak jelas. Mulut menjadi beku kalau tidak mengumbar nafsu dan syahwat mulut. Mulut menjadi terkunci kalau hanya jadi penonton, apalagi kalau disuruh berjibaku kerja bakti. Minimal jadi relawan. Mulut menjadi kaku, kalau sehari tidak menyalahkan orang lain serta menganggap dirinya paling bersih, benar dan baik.

Penyakit mulut yang melanda awak media massa, apa pun yang diucapkan, yang dicuapkan, sah dan halal. Siapa yang menguasai media massa akan jadi raja, sejalan dengan faham Zionis. Kolaborasi dengan penyandang dana, menghasilkan tayangan yang lebih kejam dari fitnah. Akibat banjir, jalan berlubang dan mulut semakin berlubang. Mulutmu harimaumu, akan mengkerkah kepalamu !!! Media massa jadi budak dan diperbudak oleh mulutnya.

Korban banjir meratap, media massa menyumbang limbah ucap.
Korban banjir rumah hanyut, media massa semakin menghasut
Korban banjir rugi harta benda, media massa bertambah bahan canda
Korban banjir rumah terendam, media massa tersenyum mata terpejam
Korban banjir mandi lumpur, media massa yang penting nama termasyur
Korban banjir hidup menderita, media massa asyik menjual berita

Banjir sehari bisa menimbulkan, membangkitkan dan menjangkitkan penyakit mulut sampai satu periode. Wacana yang disuarakan media massa, ibarat, dan memang : dokter hidup dari orang sakit; pengacara makan dari orang salah; media massa sukses karena bencana. [HaeN]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar