Halaman

Senin, 06 Oktober 2014

Karena Bangun Pagi Bisa Sehat Atau Karena Sehat Bisa Bangun Pagi

Karena Bangun Pagi Bisa Sehat Atau Karena Sehat Bisa Bangun Pagi


Petani penggarap ber-KTP seumur hidup itu tetap nampak kokoh, nyaris mirip atau kontras dengan rumah tinggalnya yang masuk kategori Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di desa Doplang, kecamatan Adipala, provinsi Jawa Tengah. Walau RTLH namun luas tanah maupun luas bangunan sudah lebih dari cukup, bahkan rumput manila menghias halamannya. Jalan masuk ke kelompok rumah yang sudah diperkeras dengan beton cor menjadi tempat jemur padi.

Upah sebagai buruh tani tidak sampai setengah upah buruh setempat, sehingga masuk kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Mendapat kepercayaan lain dari pemilik sawah untuk menjaga pabrik penggilingan padi.

Jawaban yang lugu, jujur, apa adanya dan terkadang bingung untuk menjawab pertanyaan kami yang didampingi kepala desa dan aparat desa Doplang saat tinjauan langsung program pemugaran RTLH. Kesibukan sebagai petani sekaligus tukang bangunan, karena program pemugaran dilaksanakan secara gotong royong. Bantuan pemprov Cilacap berupa bahan bangunan untuk lantai dan dinding.

Tanpa ditanya, isteri petani menunjukkan sumur gali yang agak asin, kedalaman 2 meter. Untuk kebutuhan masak minta di tetangga. Waktu masuk rumah tinggalnya, kami cukup terkejut, karena lantai rumah dari tanah. Mirip dengan halaman rumah. Lambang silhuet masjid, burung garuda pancasila mengias bubungan rumah penduduk, yang rata-rata atap pelana, menjadi bahan pembicaraan kami.

Lingkungan tempat tinggal yang masih alami, menjadikan penduduk jarang sakit. Bahkan di musim kemarau dan kering, mereka masih tetap tegar, jelas kepala desa Doplang.

Memang, penduduk desa tersebut terbiasa bangun pagi. Kondisi ini mengingatkan saya ke waktu 50 tahunan yang lampau. Setiap pagi sebelum fajar berkibar, rombongan ibu-ibu menggendong tenggok di punggungnya, berjalan membawa obor, berjalan kaki menuju pasar. Tak jarang liwat gerobag sapi membawa barang dagangan (biasanya bambu), tanpa dikendalikan, karena sang sopir tertidur. Sapi sudah hafal jalan yang akan ditempuh. Bahkan kalau sampai di tujuan sang sopir masih tidur, sapi langsung balik ke rumah. Sapi merasa tidak disuruh berhenti. Di sisi lain, sering terjadi saat itu, tiap ahad pagi, beringan kaum nasrani, tentunya dusah mandi pagi, menuju kapel di RS Panti Rapih, Yogyakarta untuk melakukan kebaktian pagi.

Dua kejadian yang beda waktu 50 tahunan, nyaris mirip. Yaitu adanya hamba Allah yang  terbiasa bangun pagi karena kondisi. Waktu kami tanyakan ke penduduk tetangga calon penerima program pemugaran RTLH, atau tepatnya kami diskusikan bersama yaitu : “Karena bangun pagi bisa sehat, atau sebaliknya?”.

Sambil melihat isi rumah, lantai rumah dari tanah sampai kamar tidur, tidak ada tanda-tanda perlengkapan sholat. Perabotan sederhana, dapur tanpa tabung gas, rice cooker di meja makan, MCK di luar rumah. Bukan berarti kami telah mendapatkan jawaban.

Justru penulis mengajak pembaca, analog, pada kejadian atau waktu berbeda menemukan ikhwal yang sama untuk mencarikan jawabannya [HaeN].









Tidak ada komentar:

Posting Komentar