Halaman

Senin, 27 Oktober 2014

PENINGKATAN GIZI ANGGOTA KOMISI KONSTITUSI (KK)

Beranda » Berita » Opini
Jumat, 31/10/2003 10:05

PENINGKATAN GIZI ANGGOTA KOMISI KONSTITUSI (KK)

Tidak semua lapisan masyarakat kenal orang, tahu wajah maupun hafal nama anggota KK - apalagi kinerjanya. Kalaupun mereka muncul melalui jasa media massa terbatas hanya pejabat terasnya saja. Bahkan sang pejabat teras selalu muncul bersamaan dan memberikan komentar yang nyaris mirip. Di NKRI ini yang namanya korupsi bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk bayar kontrakan bedeng, untuk biaya anak masuk sekolah dasar, untuk beli susu bayi tetapi lebih ke skala melipatgandakan kekayaan. Korupsi hanya dimiliki mereka yang memiliki "kesempatan emas" atau dengan sekali dayung dua tiga kesempatan terpenuhi.

Begitu juga dengan anggota KK. Peluang atas kesempatan emas sebagai ekses dari segudang kewenangan dalam bongkar pasang UUD 1945 ternganga luas. Terlebih menyangkut bahasa hukum yang sangat luwes - sebagai bahasa yang tergantung penafsiran, tergantung siapa yang memesan, tergantung bagaimana membunyikannya, tergantung siapa yang diuntungkan, tergantung kekuatan politik yang menyetir negara ini, tergantung aliran dana yang bisa membiayai munculnya pasal-pasal, tergantung selera penguasa negara yang menjadi dalang di balik batu, tergantung setiap kata bermakna sejuta rasa.

Dengan dalih di atas, walau tak ada yang menyangsikan kinerja KK, diperlukan antisipasi moral agamais. Amandemen atas UUD RI 1945 yang dilakukan oleh MPR akan diamanden lagi dalam waktu yang singkat. Kondisi menjelang Pemilu 2004 tentu rawan dengan intrik politik, khususnya yang ingin mempertahankan pretasi kekuasaannya. Konflik terbuka antar kader sudah bisa dilacak sejak awal reformasi. Konflik fisik antar lawan parpol sudah menjadi berita umum. Konflik terbuka antar elite politik penyelenggara negara semakin merunyamkan suhu politik. Jangan-jangan KK menjadi kekuatan tersendiri, terlebih jika hanya menyentuh kepentingan ketatanegaraan saja.

UUD RI 1945 bak pondasi negara yang secara teknis memang bisa diinjeksi atau dilakukan perkuatan sehubungan dengan daya dukung dan daya tampungnya. Kelebihan muatan negara ini karena banyaknya beban berupa parpol atau perorangan yang ingin naik pentas. Mereka melihat negara ini sebagai tambang emas, sebahai lahan yang diperas dan dikuras habis-habisan. Akhirnya biaya demokrasi tak sebanding dengan hasil manfaatnya.

Anggota KK tidak hanya kaya akan disiplin berfikir, justru yang diperlukan adalah modal rasa, bisa merasa bukannya merasa bisa, bagaimana menjalankan amanah sebagai anggota KK secara bertanggung jawab dunia akhirat. Jangan menganggap KK sebagai mata pencaharian utamanya, sebagai sambilan yang melimpahkan keuntungan finasial, sebagai sabetan yang membuahkan kenikmatan duniawi, sebagai daripada menganggur berpangku tangan lebih baik melipat rupiah. Siapa iri. Rakyat pun berharap jangan sampai anggota KK pensiun di tengah jalan malah mati kapiran. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar