Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

kiprah mahasiswi muslimah, mulai subuh sampai subuh

KIPRAH MAHASISWI MUSLIMAH, MULAI SUBUH SAMPAI SUBUH

29 April 2011

DEMI WAKTU
Sebelum ayam jantan berkokok bersahutan atau seiring kicau burung memanggil matahari, muslimah sudah bangun, tidak memperpanjang mimpinya. Melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah. Bersiap melanjutkan kewajiban dalam hubungan antar umat. Bagi ibu rumah tangga yang muslimah, bangun pagi berarti argo berbakti mulai berdetak dan berdetik. Usai menunaikan kewajiban dengan Allah Yang Maha Mencipta, sholat Subuh, berderet tugas telah menanti. Bagi muslimah yang masih bebas atau belum berkeluarga, bukannya tak punya kewajiban dalam melakoni hidup ini. Sebagai mahasiswa ternyata punya segudang kewajiban yang harus dilaksanakan dengan ikhlas, pas, cerdas, tangkas dan jauh dari rasa malas.

Sesama muslimah pun punya kewajiban untuk saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran. Jadwal kegiatan akademis seolah telah mematok mahasiswi muslimah untuk tepat waktu dalam mengikuti perkuliahan dan kegiatan penunjang lainnya. Rentetan kesibukan diri berakhir jelang tidur malam dan akan mulai lagi saat bangun pagi.

Kewajiban mahasiswi muslimah bukan menebak posisi dari anomali atau penyimpangan (ada yang adem-ayem tanpa aktivitas malah berkibar atau ada yang mati-matian giat usaha malah melempem) yang akan mempengaruhi  pola pikirnya. Karena niat dan tekad untuk berubah, ikhtiar yang dilakukan secara tekun, tabah dan menerus, do’a yang dimohonkan kepada-Nya, harapan mendapat ridho-Nya, dilandasi dengan tawakal yang akan menentukan keberhasilan. Walau secara formal disebutkan bahwa “mahasiswi muslimah yang berprestasi” adalah setiap mahasiswa yang telah menghasilkan dan memberikan sesuatu yang berdaya guna serta berhasil guna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Secara mendasar mahasiswa harus berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri.

KEGIATAN PARAREL
Mahasiswa dengan predikat  kutu buku bukan jaminan untuk lulus dan diwisuda tepat waktu serta siap kerja. Jejak rekaman kehidupan di kampus tidak hanya didominasi adegan dari bangku kuliah ke bangku kuliah. Banyak fragmen kehidupan yang bisa ditekuni sebagai bekal dan modal setelah diwisuda. Kegiatan kampus memang patut dan layak diikuti secara profesional, tidak sekedar ikut arah angin bertiup. Tidak sekedar ambil kegiatan yang bergengsi atau banyak peminatnya. Ambil kegiatan yang manfaatnya jangka panjang, terutama yang berdampak pada pasca wisuda.

Bersosialisasi merupakan manfaat utama dalam berkiprah di kegiatan kampus. Aneka ragam latar belakang mahasiswa, kumpul jadi satu dengan tujuan sama: belajar, menggali, menimba, dan menunutut ilmu di perguruan tinggi. Heterogenitas status sosial mahasiswa menyebabkan kehidupan jadi dinamis, seru dan tidak menjemukan. Ukhuwah mulai terbentuk dalam berbagai bentuk ikatan, himpunan, kekerabatan, paguyuban, kerukunan, kelompok, asosiasi, komunitas, gerakan, forum komunikasi, solidaritas, dsb.

Mahasiswa mau tak mau wajib  menyusun kriteria, secara pribadi atau komunitas,  untuk menentukan berbagai pilihan kegiatan yang ada.  Dasar pilihan adalah kegiatan yang bisa dilakukan walau terlihat sederhana, tidak atraktif. Kegiatan bisa yang bersifat sosial amaliah atau yang profesional. Semua kegiatan bersifat produktif, bukan dalam takaran Rp, karena kegiatan produktif  merupakan perwujudan kearifan dan kecerdasan mahasiswa dalam mengelola waktu. Setiap jengkal gerak mahasiswa adalah wujud pengelolaan waktu secara produktif, bermakna dan menerus. Jika tidak, kerugian yang akan membelenggu kehidupan mahasiswa. Singkatnya, mahaiswa berbekal dan untuk meningkatkan  IQ, EQ dan SQ-nya.
O IQ (Intelligent Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan intelektual, berupa kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio.
O EQ (Emotional Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan emosional, berupa kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
O SQ (Spiritual Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan spiritual berupa, kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas.

INTERAKSI SOIAL DAN LINGKUNGAN
Mahasiswi muslimah, mempunyai kewajiban sebagai mahasiswi sekaligus sebagai muslimah. Memang sulit untuk memadukan kedua peran ini. Tak akan pelik jika ditekuni secara bersamaan atau paralel, bahkan menjadi jiwa atau ruh dalam menikmati hidup di dunia. Bahkan secara formal dalam batasan usia/umur mahasiswi muslimah masuk kategori pemuda. Penduduk atau warga negara Indonesia bila telah menginjak usia 16 (enam belas) tahun secara otomatis  masuk kategori sebagai pemuda. Batasan usia pemuda sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun berdasarkan UU No. 40 tahun 2009 tentang “KEPEMUDAAN”. Penetapan batasan usia tersebut karena merupakan periode penting pertumbuhan dan perkembangan secara biologis dan yuridis.

Terbukti, mahasiswi muslimah begitu menyangkut aspek kepemudaan ceritanya jadi lain, karena akan memasuki dimensi penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan pemuda sebagai bagian dari pembangunan nasional.

Tahun pertama di kampus, sebagai masa transisi dengan berbagai kemungkinan akan terjadi. Interaksi sosial dan lingkungan mulai melaju dan mulai tahun kedua seolah tampil dipanggung. Berbagai bentuk kebebasan dikantongi. Bebas berekspresi sampai bebas mencari dan menemukenali jati diri. Tahun pertama mahasiswi muslimah dengan mudah mencari teman seiman dengan tampilan dan atribut yang dipakai. Interaksi positif mulai terjalin sejalan dengan berbagai kendala yang dihadapi bersama.

KATA AKHIR
Berbagai kegiatan akademis seiring dengan kegiatan ekstra kurikuler, ditekuni dalam rangka mencari jati diri, mengembangkan potensi diri, ada yang bisa dilakukan secara individu atau harus dalam bentuk komunitas. Wadah kegiatan secafra formal disyaratkan mempunyai berbagai kegiatan yang proporsional, produktif, prospektif dan akan melibatkan peran aktif mahasiswa. Berbagai kegiatan tersebut sangat beragam, mulai dari yang bersifat :
ü  akademis (penelitian, penerapan teknologi, seminar dan pameran, karya tulis ilmiah, studi banding, dsb);
ü  kemasyarakatan (bakti sosial, pengabdian masyarakat, praktek lapangan, kebersihan lingkungan, penghijauan, pasar murah, kewirausahaan, donor darah, dsb);
ü  keagamaan (pengajian, baca Al Qor’an, telaah hadist, bedah buku, dialog/diskusi/debat, santunan anak yatim, dsb);
ü  olah raga (latihan, pertandingan, dsb) maupun sampai
ü  kegiatan lainnya yang bersifat insidentil (menerima kunjungan, partisipatif, dsb).


Aspirasi yang bersifat politis (misal turun ke jalan, ikut unjuk rasa dan unjuk raga, demo, membela PKL yang digusur, menolak kebijakan pemerintah) atau parpol masuk kampus sebaiknya dihindari. Bukan berarti tidak peduli pada tatanan dan tataran kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena mahasiswa punya saluran tersendiri. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar