Halaman

Selasa, 21 Oktober 2014

KORUPSI BERSUBSIDI vs SUBSIDI BERKORUPSI

Beranda » Berita » Opini
Senin, 17/03/2008 05:05

KORUPSI BERSUBSIDI vs SUBSIDI BERKORUPSI

Untuk meraih gelar koruptor klas teri pun butuh nyali, apalagi untuk menyandang koruptor klas paus. Pada hakekatnya semua insan dikaruniai nafsu, makanya punya bakat, insting dan naluri untuk melakukan tindak pidana korupsi. Bidang garap dan ruang lingkup korupsi dimulai dari kondisi yang paling sederhana dan nyata. Manusia dengan sengaja memasuki kategori agar bebas dari hukum Allah, antara lain merasa belum umur atau aqil baliq, tertidur melebihi kapasitas dan jam tidur orang sehat, lupa tak ingat tempat dan waktu terutyama tak ingat dirinya sendiri, hilang ingatan secara permanen atau rekayasa genetika, dalam keadaan darurat bak makan buah simalakama, dsb sesuai perkembangan nalar, logika, daya pikir manusia.

Asal ingat saja, main api atau main air, kecil terasa kurang, besar atau banyak malah belum mengenyangkan, kata siapa. Sejelek-jeleknya manusia, tak terkecuali yang panjang akal, memang tak mau mati kelaparan di atas tumpukan pangan. Utawa jauh miskin di atas aliran dan timbunan uang. Maksud hati hanya minum seteguk air samudera, memang seolah tak ada yang kehilangan. Maksud hati hanya sekedar menggengam api, memang tak menghanguskan. Apalagi dekat sumber air atau sumber api yang dapat diperbarui atau diregenerasi. Orang yang semula adem-ayem kerja di lingkungan bawah, lama kelamaan daripada adem lebih baik sekalian basah kuyup.

Akhirnya orang bisa menyiapkan secara dini kemungkinan korupsi. Korupsi diawali dari niat. Apapun bisa dikorup. Bahkan perangkat atau pasal antikorup bisa dikorup. Pelaku korupsi yang biasa disebut koruptor sangat beragam, tergantung keahliannya. Dulu mana gula atau semut (hn).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar