Halaman

Minggu, 26 Oktober 2014

Pemilu 2004 dan teori PORKAS

Beranda » Berita » Opini
Senin, 15/12/2003 08:01

Pemilu 2004 dan teori PORKAS

Menghadapi Pemilu 2004 emosi kita diacak-acak, diaduk-aduk dan diajak kembali ke masa silam ketika PORKAS (Peras Otak Rencana Kaya Akibatnya Sinting) menjadi pilihan terobosan utama untuk menjadi kaya tanpa merasa bodoh. Hanya bermodal keahlian mengotak-atik angka dari berbagai simbol kehidupan. Bahkan tingkah laku dan ocehan orang gila bisa dijadikan sumber inspirasi. Semua kejadian yang aneh dan rutin, yang muncul tiap hari, bisa dijadikan angka jadi.

Media massa ikut dalam proses pembodohan massa dengan menyajikan rumus dan ramalannya. Kini, 24 angka urut dari 1 sampai dengan 24 mempengaruhi nurani kita. Nama kodian, gambar lambang asal jadi tanpa sentuhan citra, asas tanpa gagas sampai nama ketua umum yang tidak tenar atau layak jual (kecuali yang sudah mulai usang) mendominasi 24 parpol peserta Pemilu 2004. Akhirnya, ketika tidak ada alternatif yang disajikan, ketika pilihan seperti membeli kucing dalam karung maka banyak kiat ditrapkan. Mulai dari cara yang populer sampai keupaya yang mustahil menurut skala akal manusia. Bahkan makhluk yang termasuk koloni berakal pun lebih mengandalkan bisikan dari dunia lain.

Kembali ke PORKAS, pakem ini bisa jadi primbon dan acuan untuk memilih parpol. Asal kita jangan kesleo dan salah ucap karena artinya sudah direformasi menjadi Pilih Orang Rakus Korupsi Akan Subur (PORKAS). Ingat akan tokoh Orba berjuluk Sudomo yang berkaitan dengan SDSB (Sudomo Datang Semua Beres) - saudara kandung PORKAS. Memang dalam Pemilu 2004 kita Susah Untuk Dapat Orang Maupun Orsospol (SUDOMO) yang agar tidak PORKAS versi reformasi. Selamat memilih orang / parpol. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar