Senin, 15/12/2003 08:01
Pemilu 2004 dan teori
PORKAS
Menghadapi Pemilu
2004 emosi kita diacak-acak, diaduk-aduk dan diajak kembali ke masa silam
ketika PORKAS (Peras Otak Rencana Kaya Akibatnya Sinting) menjadi pilihan
terobosan utama untuk menjadi kaya tanpa merasa bodoh. Hanya bermodal keahlian
mengotak-atik angka dari berbagai simbol kehidupan. Bahkan tingkah laku dan
ocehan orang gila bisa dijadikan sumber inspirasi. Semua kejadian yang aneh dan
rutin, yang muncul tiap hari, bisa dijadikan angka jadi.
Media massa ikut
dalam proses pembodohan massa dengan menyajikan rumus dan ramalannya. Kini, 24
angka urut dari 1 sampai dengan 24 mempengaruhi nurani kita. Nama kodian,
gambar lambang asal jadi tanpa sentuhan citra, asas tanpa gagas sampai nama
ketua umum yang tidak tenar atau layak jual (kecuali yang sudah mulai usang)
mendominasi 24 parpol peserta Pemilu 2004. Akhirnya, ketika tidak ada
alternatif yang disajikan, ketika pilihan seperti membeli kucing dalam karung
maka banyak kiat ditrapkan. Mulai dari cara yang populer sampai keupaya yang
mustahil menurut skala akal manusia. Bahkan makhluk yang termasuk koloni
berakal pun lebih mengandalkan bisikan dari dunia lain.
Kembali ke PORKAS,
pakem ini bisa jadi primbon dan acuan untuk memilih parpol. Asal kita jangan
kesleo dan salah ucap karena artinya sudah direformasi menjadi Pilih Orang
Rakus Korupsi Akan Subur (PORKAS). Ingat akan tokoh Orba berjuluk Sudomo yang
berkaitan dengan SDSB (Sudomo Datang Semua Beres) - saudara kandung PORKAS.
Memang dalam Pemilu 2004 kita Susah Untuk Dapat Orang Maupun Orsospol (SUDOMO)
yang agar tidak PORKAS versi reformasi. Selamat memilih orang / parpol. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar