Hindari pesanan
instan, sesaat, dan spekulatif
Senin, 03/11/2003 07:47
HINDARI PESANAN
INSTAN, SESAAT, DAN SPEKULATIF
Urusan mengamandemen
/ mengadendum UUD RI 1945 bukan sekedar pekerjaan kalangan atas, yaitu para
penyelenggara negara atau para elite politik yang sedang berkuasa. Boleh saja
asal mengacu pada dinamika rakyat. Tidak ada aturan mainnya, apakah yang selama
ini yang termasuk kelompok marginal yang bisa merombaknya. Atau hanya pada
segelintir rakyat yang notabene sebagai pemegang kendali negara yang boleh
mengotak-atiknya. Setiap babakan kehidupan atau setiap pergantian generasi ada
baiknya UUD RI 1945 dilakukan tinjauan ulang. Dengan asumsi untuk
menterjemahkan secara lebih luwes, akurat dan bermanfaat. Semua upaya untuk
mewujudkan kerukunan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.
Masalahnya merombak
muatan UUD RI 1945 tidak bisa dilakukan secara diam-diam atau memanfaatkan
momentum tertentu. Apalagi KK sebagai alat dari pengsuas. Istilahnya ada
kelompok atau kawanan oknum - khususnya dari pucuk pimpinan trias politica -
yang mukul pinjam tangan KK. Celakanya lagi kalau ada intervensi berdasarkan
nilai tukar rupiah terhadap pasal-pasalnya. Waktu orang Indonesia membuat UU
Gedung sedemikian lama, njlimet, dan rumit. Melibatkan pakar, tukang pikir
sampai anggota dewan yang mampu menyulap pasal. Masih terasa hanya bagaimana
menggoalkan RUU tentang Sumber Daya Air terasa basah keringnya.
Pesanan yang bersifat
instan, bernilai sesaat dan berbobot spekulatif akan sulit dihindari oleh KK.
Terlebih di saat bulan suci Ramadhan, sebagian besar ummat Islam sedang terkonsentrasi
menjalankan puasa - memungkinkan tak akan turun ke jalanan untuk unjuk raga.
Asal konflik internal parpol tidak mempengaruhi kenyamanan hidup atau menjadi
berita utama media massa. Secara nasional kita sedang memikirkan pesta
demokrasi Pemilu 2004. Banyak bakal calon presiden berguguran sebelum waktu
tunasnya. Menjadikan NKRI sebagai negara yang terbanyak menghasilkan bakal
calon presiden.
Pesanan instan hanya
akan membiakkan kanker, yang dirasakan oleh generasi berikutnya. Sedangkan sang
pembawa bibit sudah terlanjur menguras isi kandungan nusantara. Pesanan sesaat
hanya akan melahirkan generasi penghutang dalam segala urusan. Untuk
menetralisirnya maka tayangan sinetron akan menyajikan kemakmuran generasi masa
kini. Ambisi pribadi atau golongan menjadi warna yang kental. Pesanan
spekulatif hanya akan mendorong bangsa ini untuk menghabiskan energinya sekedar
mengurus bagaimana sebuah parpol harus hidup, bagaimana mendirikan parpol
secara bermartabat dan elegan, bagaimana hidup dari sebuah parpol. KK tak boleh
terjebak dari gurita kekuasaan semu yang tak mengakar di hati rakyat. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar