Halaman

Kamis, 16 Oktober 2014

Hindari pesanan instan, sesaat, dan spekulatif

Hindari pesanan instan, sesaat, dan spekulatif
Beranda » Berita » Opini
Senin, 03/11/2003 07:47

HINDARI PESANAN INSTAN, SESAAT, DAN SPEKULATIF

Urusan mengamandemen / mengadendum UUD RI 1945 bukan sekedar pekerjaan kalangan atas, yaitu para penyelenggara negara atau para elite politik yang sedang berkuasa. Boleh saja asal mengacu pada dinamika rakyat. Tidak ada aturan mainnya, apakah yang selama ini yang termasuk kelompok marginal yang bisa merombaknya. Atau hanya pada segelintir rakyat yang notabene sebagai pemegang kendali negara yang boleh mengotak-atiknya. Setiap babakan kehidupan atau setiap pergantian generasi ada baiknya UUD RI 1945 dilakukan tinjauan ulang. Dengan asumsi untuk menterjemahkan secara lebih luwes, akurat dan bermanfaat. Semua upaya untuk mewujudkan kerukunan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.

Masalahnya merombak muatan UUD RI 1945 tidak bisa dilakukan secara diam-diam atau memanfaatkan momentum tertentu. Apalagi KK sebagai alat dari pengsuas. Istilahnya ada kelompok atau kawanan oknum - khususnya dari pucuk pimpinan trias politica - yang mukul pinjam tangan KK. Celakanya lagi kalau ada intervensi berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap pasal-pasalnya. Waktu orang Indonesia membuat UU Gedung sedemikian lama, njlimet, dan rumit. Melibatkan pakar, tukang pikir sampai anggota dewan yang mampu menyulap pasal. Masih terasa hanya bagaimana menggoalkan RUU tentang Sumber Daya Air terasa basah keringnya.

Pesanan yang bersifat instan, bernilai sesaat dan berbobot spekulatif akan sulit dihindari oleh KK. Terlebih di saat bulan suci Ramadhan, sebagian besar ummat Islam sedang terkonsentrasi menjalankan puasa - memungkinkan tak akan turun ke jalanan untuk unjuk raga. Asal konflik internal parpol tidak mempengaruhi kenyamanan hidup atau menjadi berita utama media massa. Secara nasional kita sedang memikirkan pesta demokrasi Pemilu 2004. Banyak bakal calon presiden berguguran sebelum waktu tunasnya. Menjadikan NKRI sebagai negara yang terbanyak menghasilkan bakal calon presiden.

Pesanan instan hanya akan membiakkan kanker, yang dirasakan oleh generasi berikutnya. Sedangkan sang pembawa bibit sudah terlanjur menguras isi kandungan nusantara. Pesanan sesaat hanya akan melahirkan generasi penghutang dalam segala urusan. Untuk menetralisirnya maka tayangan sinetron akan menyajikan kemakmuran generasi masa kini. Ambisi pribadi atau golongan menjadi warna yang kental. Pesanan spekulatif hanya akan mendorong bangsa ini untuk menghabiskan energinya sekedar mengurus bagaimana sebuah parpol harus hidup, bagaimana mendirikan parpol secara bermartabat dan elegan, bagaimana hidup dari sebuah parpol. KK tak boleh terjebak dari gurita kekuasaan semu yang tak mengakar di hati rakyat. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar