Kembalikan Rupiahku
Ironis nyaris
tragis, sudah berapa dasawarsa rakyat Indonesia tidak mempunyai mata uang
dengan nilai nominal satu rupiah (Rp 1)! Apalagi beredar mata uang sen, ketip,
ataupun ringgit. Uang logam Rp 100 tergeletak di jalan tak ada yang ambil,
pemulung pun tak melirik. Jangan beri pengamen atau pengemis Rp 100, bisa
dikembalikan Rp 500.
Di sisi lain, dengan
uang di saku, kita bisa beli motor baru, tinggal pilih. Bahkan, pemilik uang
plastik atau uang gesek dengan tenang melenggang. Betapa kita disetir dan
didikte oleh rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing bergantung
pada mekanisme pasar, semakin membuktikan betapa lemah posisi tawar rupiah.
Ini bukan sekadar
penyederhanaan mata uang atau redenominasi, melainkan bagaimana memosisikan
rupiah bermartabat dan bermanfaat di mata rakyat. Pemerintah melalui BI tidak
sekadar mengendalikan nilai nominal rupiah. Jangan sampai terjadilagi cabai
merah dijual per satuan. Jangan sampai terulang sembako menghilang dari pasaran.
Jangan sampai bahan bangunan mengumpat saat dibutuhkan pembangunan. Jangan
sampai spekulan rupiah menguasai perekonomian bangsa, khususnya rakyat yang
miskin. ■ REPUBLIKA
KAMIS, 15 DESEMBER 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar