Halaman

Rabu, 22 Oktober 2014

Kembalikan Rupiahku

Kembalikan Rupiahku


Ironis nyaris tragis, sudah berapa dasawarsa rakyat Indonesia tidak mempunyai mata uang dengan nilai nominal satu rupiah (Rp 1)! Apalagi beredar mata uang sen, ketip, ataupun ringgit. Uang logam Rp 100 tergeletak di jalan tak ada yang ambil, pemulung pun tak melirik. Jangan beri pengamen atau pengemis Rp 100, bisa dikembalikan Rp 500.

Di sisi lain, dengan uang di saku, kita bisa beli motor baru, tinggal pilih. Bahkan, pemilik uang plastik atau uang gesek dengan tenang melenggang. Betapa kita disetir dan didikte oleh rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing bergantung pada mekanisme pasar, semakin membuktikan betapa lemah posisi tawar rupiah.

Ini bukan sekadar penyederhanaan mata uang atau redenominasi, melainkan bagaimana memosisikan rupiah bermartabat dan bermanfaat di mata rakyat. Pemerintah melalui BI tidak sekadar mengendalikan nilai nominal rupiah. Jangan sampai terjadilagi cabai merah dijual per satuan. Jangan sampai terulang sembako menghilang dari pasaran. Jangan sampai bahan bangunan mengumpat saat dibutuhkan pembangunan. Jangan sampai spekulan rupiah menguasai perekonomian bangsa, khususnya rakyat yang miskin. REPUBLIKA KAMIS, 15 DESEMBER 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar