Halaman

Kamis, 20 Februari 2020

pesta demokrasi daripada Soeharto vs bancakan, arisan kursi rezim reformasi


pesta demokrasi daripada Soeharto vs bancakan, arisan kursi rezim reformasi

Anak bangsa pribumi nusantara berkemajuan, wajib bersyukur. Betapa, berkat mulia hati, niat tulus tanpa pamrih kawanan manusia politik. Mengkorbankan harga diri,  masa depan, nasib  lebih pilih menjadi pengabdi sebagai pegurus negara.

Saat rakyat lelap malam, mereka berjuang memikirkan esok hari mau dapat apa, bisa dapat apa. Kontrak politik memacu memicu langkah praktis, taktis. Sekali sabet, dua tiga porsi terjangkau. Sekali gebrak, dua tiga perkara masuk kantong pribadi.

Apakah sedemikiannya. Justru yang terjadi tapi klas recehan. Modus gerilya politik klas petugas partai, tabu untuk diangkat menjadi berita resmi pemerintah. Pengalihan isu memanfaatkan kemelut global. Kebijakan bertingkat bisa saling meniadakan. Utamakan kepentingan yang menentukan nasib keterpilihan sebagai penguasa.

Peran ganda penjual jasa dukungan dalam negeri diantisipasi dengan ‘pola hujan merata’ atau babat alas tanam pohon unggulan anyar. Semboyan negara adalah kita, bukti ringan bahwa watak manusia politik lebih licik ketimbang serigala. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar