nasib ban serep vulkanisiran
Bukan pada kapan kejadian perkara sebagai bukti utama. Berapa
kali terjadi dalam setahun, agar lebih akurat. Dimananya, di jalan tol bebas
hambatan kecuali ada gardu tol. Tampak benda tergeletak di lajur 2 atau lebih. Kasat
mata atau mata telanjang, benda tsb patut diduga adalah kulit ban luar.
Lebar plus panjang menunjukkan bukan bekas ban mobil
kendaraan kecil. Biasanya milik truck atau bis. Padahal, lajur 1 atau paling kiri, peruntukkan
untuk truck/bis. Mau menyalip iringan sesama atau memang laju cepat macam bis
antar kota, travel bis terbiasa pakai lajur bahkan palin kanan.
Cerita jadi berita. Karena main salip, terjadi proses
pengelupasan lapisan luar ban luar. Masih asli bawaan pabrik. Jika gundul
membahayakan, maka dibuat barik baru. Teknologi lokal menempelkan atau
mengkanibal ban bekas yang tapak masih layak. Ban menjadi layak laju.
Metode lain, pelapisan dari dalam. Kembangan masih aman. Aman
dipakai pada laju standar. Efek gesek memacu memicu persatuan ban jadi-jadian. Tempel
luar bisa mengelupas. Tempel dalam mempengaruhi kerja sama antar ban. Siap meledak
dadakan. Sama-sama tidak nyaman.
Nyaris lupa, ban hasil rekayasa lokal. Sekedar ban serep,
sebelum menemukan tukang tambal ban. Karena liwat tol, yang ada rest area.
Namanya sopir, yen ngaso mampir. Uber setoran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar