koalisi pantat dandang nusantara, gedhé rumongso vs
cilikan atén
Sejarah merupakan fungsi waktu, berdasarkan sistem kolaborasi
pasti antara bumi-matahari-rembulan. Rotasi dan jalur edar matahari, menimbulkan
paham bahwa selalu akan terjadi perulangan sejarah. Periwayatan agama pun juga
menampilkan berita masa lampau sebagai pelajaran.
Agak lengkapnya, periwayatan gaya bahasa sejarah dibagi
dalam empat kelompok yaitu: gaya bahasa sejarah bading-sanding-tanding, gaya
bahasa sejarah kontradiktif, gaya bahasa sejarah pertautan sebab-akibat dan
gaya bahasa sejarah perulangan.
Tendensi penulisan sejarah, rasanya lebih didominasi gaya
bahasa pemutarbalikan fakta. Terasa sejarah yang disusun oleh penjajah tentang ikhwal
yang berkaitan dengan Indonesia. Sejarah yang dicetak oleh penguasa.
Gaya bahasa sejarah penyangkalan untuk menutupi borok
lama. Memanipulasi fakta pengkhianatan politik yang menentukan sejarah
peradaban bangsa. Sementara pihak mendaur ulang sejarah dengan pelaku anak cucu
ideologis.
Peribahasa dan sebangsa, secara tak langsung menyuratkan
sekaligus menyiratkan laku pelaku sejarah yang akan muncul disetiap babakan. Tampil
disetiap periode pemerintah.
Bukan contoh utama, simak bebasan “nglungguhi klasa gumelar”, maksud
baik adalah orang yang menempati,
menduduki tikar atau tempat yang telah tergelar, tersedia tanpa kesulitan
berarti. Hanya masalah antrian internal. Tinggal duduk manis bak dapat kursi
nganggur. Kursi tiban. Tak pakai keringat dhéwé. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar