Halaman

Kamis, 06 Februari 2020

mentalitas penggembira Islam nusantara, tidur malam vs bangun malam


mentalitas penggembira Islam nusantara, tidur malam vs bangun malam

Tersebutlah, penguasa tunggal Orde Baru dengan atribut kenegaraan pencetus asas tunggal Pancasila. Atas kehendak sejarah dan atau sesuai petunjuk sejarah, tanpa anti-konsep mengalami babak “Baladewa ilang gapite”. Pasal keislaman Bapak Pembangunan berangkat dari norma masyarakat adat kejawen.

Sejalan kisah sukses menumpas gembong PKI berikut antek-anteknya. Suburlah upaya pengkerdilan, usaha pengkebirian eksistensi umat Islam, khususnya dari dan oleh kalangan baju hijau. Tepatnya dari sesama angkatan darat.

Hobi dan adat bercuriga membuahkan hasil. Bak senjata makan tuan. Melebihi menjilat ludah sendiri. Curiga terhadap bayangan sendiri, memacu dan memicu ‘tangan kanan’ mrotoli, mreteli, mrutili, mritili secara skematis.

Pasca “ilang gapite” ada laku merawat dan meruwat diri sendiri ke Tanah Suci. Plus merangkul umat Islam yang selama sebelumnya dipinggirkan sesuai teritorial. Yang mana dimana, parpol berlabel Islam disatukan ke dalam satu rumah besar PPP. Ormas Islam di panggung politik perkuningan ada yang pilih jalur aman.

Singkat kata, pola memanusiakan anak manusia bangsa nusantara menjadi manusia seutuhnya. Bukan tanpa hasil. Jalur aman Islam kejawen punya cerita, banyak lagu dan berlagu plus jual lagak. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar