mentalitas penggembira Islam nusantara, tidur malam vs
bangun malam
Tersebutlah, penguasa tunggal Orde Baru dengan atribut
kenegaraan pencetus asas tunggal Pancasila. Atas kehendak sejarah dan atau
sesuai petunjuk sejarah, tanpa anti-konsep mengalami babak “Baladewa ilang
gapite”. Pasal keislaman Bapak Pembangunan berangkat dari norma masyarakat adat
kejawen.
Sejalan kisah sukses menumpas gembong PKI berikut
antek-anteknya. Suburlah upaya pengkerdilan, usaha pengkebirian eksistensi umat
Islam, khususnya dari dan oleh kalangan baju hijau. Tepatnya dari sesama
angkatan darat.
Hobi dan adat bercuriga membuahkan hasil. Bak senjata
makan tuan. Melebihi menjilat ludah sendiri. Curiga terhadap bayangan sendiri,
memacu dan memicu ‘tangan kanan’ mrotoli, mreteli, mrutili, mritili secara
skematis.
Pasca “ilang gapite” ada laku merawat dan meruwat diri
sendiri ke Tanah Suci. Plus merangkul umat Islam yang selama sebelumnya
dipinggirkan sesuai teritorial. Yang mana dimana, parpol berlabel Islam
disatukan ke dalam satu rumah besar PPP. Ormas Islam di panggung politik
perkuningan ada yang pilih jalur aman.
Singkat kata, pola memanusiakan anak manusia bangsa nusantara
menjadi manusia seutuhnya. Bukan tanpa hasil. Jalur aman Islam kejawen punya
cerita, banyak lagu dan berlagu plus jual lagak. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar