catur pilar demokrasi nusantara: début, kebut, rebut,
sebut
Jika kita mengacu filosofi, filsafat, falsafah hidup manusia Jawa, peninggalan leluhur yang lanjut
dilestarikan. Ambil contoh “pepak-pepaking jagad” bisa sebagai dasar
pemahaman. Tanggap atas laku manusia politik. Mulai dari bahasa tubuh, ekspresi
wajah, ujaran lisan sampai atribut fisik tempelan.
Karakter tokoh wayang versi mana pun. Diperkuat wayang lokal. Sebagai cikal
bakal, modal utama karakter manusia politik. Mulai dari aktivis klas jalanan
hingga sekaliber petugas partai. Tak pandang bulu gender.
Nusantara menyumbang anak cucu pewaris daya ideologis sampai mantan alat
negara yang sigap jadi alat. Oknum, kawanan maupun sistem yang tahu betul
nikmat kursi kekuasaan. Kontrak politik dimanfaatkan secara berlapis,
berjenjang dan berkelanjutan.
Menetapkan produk hukum yang memuluskan jalan sampai akhir periode. Jangan sampai
terjegal, ternegal di tengah jalan. Sekaligus membuat jaring pengaman atas
tuntutan zaman pasca kontrak politik habis. Membanggakan masa lalu dalam hal
jasa keringat leluhur. Soal kasus hukum, jeratan pidana atau pasal lain,
otomatis diputihkan dan periode pengganti mulai dari nol, start dari babak
awal.
Bangsa ini bukan bangsa pelupa, bangsa mendadak tak ingat, cuma pemaaf, ramah, sopan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar