Halaman

Senin, 03 Februari 2020

catur pilar demokrasi nusantara: début, kebut, rebut, sebut



catur pilar demokrasi nusantara: début, kebut, rebut, sebut

Jika kita mengacu filosofi, filsafat, falsafah hidup  manusia Jawa, peninggalan leluhur yang lanjut dilestarikan. Ambil contoh “pepak-pepaking jagad” bisa sebagai dasar pemahaman. Tanggap atas laku manusia politik. Mulai dari bahasa tubuh, ekspresi wajah, ujaran lisan sampai atribut fisik tempelan.

Karakter tokoh wayang versi mana pun. Diperkuat wayang lokal. Sebagai cikal bakal, modal utama karakter manusia politik. Mulai dari aktivis klas jalanan hingga sekaliber petugas partai. Tak pandang bulu gender.

Nusantara menyumbang anak cucu pewaris daya ideologis sampai mantan alat negara yang sigap jadi alat. Oknum, kawanan maupun sistem yang tahu betul nikmat kursi kekuasaan. Kontrak politik dimanfaatkan secara berlapis, berjenjang dan berkelanjutan.

Menetapkan produk hukum yang memuluskan jalan sampai akhir periode. Jangan sampai terjegal, ternegal di tengah jalan. Sekaligus membuat jaring pengaman atas tuntutan zaman pasca kontrak politik habis. Membanggakan masa lalu dalam hal jasa keringat leluhur. Soal kasus hukum, jeratan pidana atau pasal lain, otomatis diputihkan dan periode pengganti mulai dari nol, start dari babak awal.

Bangsa ini bukan bangsa pelupa, bangsa mendadak tak ingat, cuma pemaaf, ramah, sopan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar