Halaman

Senin, 24 Februari 2020

padahal berpolitik versi reformasi, tak perlu moral

padahal berpolitik versi reformasi, tak perlu moral

Kawanan politisi sipil di negara berkembang yang kian berkembang berkelanjutan. Nasibnya tak jauh beda dengan kawanan, komplotan beda aliran. Sama-sama doyan duit. Derajat tertentu, profil pejabat tak jauh beda dengan sosok penjahat.

Sebut saja, ambil contoh tayangan Indonesia Lawak Club (ILC). Adegan, acara, atraksi berbasis umpatan, makian, cacian plus bahasa tubuh bak menggertak, menggonggong, menghardik. Berbahasa membabi buta. Banyak penggemar sebagai fakta ringan anak bangsa pribumi sakit jiwa setengah badan.

Baku komen di medsos, dengan bahasa tulis yang hanya milik kaum bebal. Tak layak disebutkan bagaimananya mereka. Mereka sendiri juga tak tahu, mana tangan kanan mana tangan kirinya. Ujaran nista sebagai bukti, indikasi isi hati. Efek domino, efek karambol maupun dampak negatif ber-rantai melebih pronoragam, pornoaksi liwat media bebas. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar