Halaman

Rabu, 26 Februari 2020

penyelenggara negara tidak otomatis pancasilais


penyelenggara negara tidak otomatis pancasilais

Terlebih kawanan manusia politik yang kontrak politik lima tahunan. Kariernya hanya di tubuh sebuah bentukan bernama partai politik. Tidak ada sebutan kader partai tulen. Merintis dari nol, merangkak dari papan bawah. Daripada antri, pihak kaya, kuat, kuasa langsung mendirikan parpol. Dinasti politik memarakkan biang bencana politik nusantara.

Bahan galian sila-sila Pancasila tersedia 24 jam dikehidupan harian rakyat.  Menu Pancasila agar layak saji di meja penguasa, perlu perdebatan yang meninggalkan adab berbangsa. Kapan praktiknya, hanya sopir bajaj. Karena tuntutan jabatan, maka kian jauh dari rakyat akan berbanding lurus dengan mritili, mrutuli, mreteli, mrotoli sila-sila Pancasila secara sistematis dan berkelanjutan. Derajat tertentu, lima sila diaduk dengan kecepatan kepastian akan berwarna “merah”. Sang dwiwarna merah-putih beralih menjadi merah total.

Ingat judul “pencemaran ideologi Pancasila di tingkat penguasa”. Bukan kebetulan perjalanan nasib Pancasila tergantung dari kadar kemanusiaan penguasa. Penguasa hasil piihan rakyat dan atau penguasa kepercayaan penguasa di atasnya. Keterhubungan dan keselarasan (link and match) antara panggung pendidikan politik lokal dengan dunia usaha multinasional, industri politik global serta eksistensi ‘nasakom di dadaku’. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar