inggih-inggih mboten kepanggih
Ungkapan judul mengalami proses peradaban. Semula sebagai
wacana, instruksi lisan atasan ke bawahan. Titik temu formal dua pihak beda
kasta, beda kepentingan. Namun tidak pernah ketemu di praktiknya. Zaman politik
serba menghalalkan segala pasal, mengalami penyesuaian. Menjadi ujaran atasan
atau cikal bakal penguasa, semacam kampanye politik, yang sekedar pemerah
bibir.
Menjadi karakter
kampanye politik. Semakin diobral kian berkhayal. Nusantara boros
skenario memajukan bangsa. Mahal biaya dan ongkos politik. Bak membumikan
Pancasila di bumi Pancasila. Tapi wajib menjalankan skenario konspirasi global.
Investor politik punya acara lima tahun. Terlebih tarif politik progresif. Nilai
tawar nusantara kian tawar.
Janji bukan bukti. Pihak yang minat tagih janji, ibarat
menjemput maut. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar