begitukah, hidup harus mempunyai
kebanggaan
Bangga diri, rasa bangga bergerak bebas antara kutub
sombong dengan kutub syukur. Pasang surut kehidupan di tengah arus persaingan. Laga
bebas antar manusia di ruang yang sama. Ikatan kerja mendongkrak modus bercitra
rasa anékaméga. Lengah sedikit, peluang melayang.
Persaingan antar penjual jasa bernegara hingga berebut
simpati, empati pangsa pasar bebas global. Kawanan elit lokal, pengusaha daerah,
tokoh agama, ormas, preman menyediakan dukungan suara kepada kandidat bernafsu
tinggi. NPWP tak berlaku. Penggelembungan suara, tergantung tarif.
Menjaga stabilitas sentimen, permintaan, mekanisme pasar yang menguntungkan semua
pihak. Jurus andalan, mau tak mau,
adalah persaingan yang sempurna (perfect competition). Liwat iklim persaingan
sempurna, akan muncul “tangan tangan tersembunyi“ (invisible hand). Pasal
ini diyakini sebagai faktor
keberuntungan sesuai andil.
Bentuk kehidupan demikian terbuka dan kompetitif. Pakem kebangsaan, tiap individu dituntut berlaku
cinta tanah air Indonesia. Punya daya tangkal plus menjaga martabat nasional, sambil ikut arus persaingan dan pergaulan bebas global.
Bangga akan masa lampau membuat mata silau. Apalagi bangga
dengan sukses dunia leluhur. Tinggal melanjutkan di lajur yang sama, di jalur
bebas hambatan. Bangga dengan kinerja, prestasi diri akan menggerogoti nilai
pahala. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar