Halaman

Jumat, 21 Februari 2020

begitukah, hidup harus mempunyai kebanggaan


begitukah, hidup harus mempunyai kebanggaan

Bangga diri, rasa bangga bergerak bebas antara kutub sombong dengan kutub syukur. Pasang surut kehidupan di tengah arus persaingan. Laga bebas antar manusia di ruang yang sama. Ikatan kerja mendongkrak modus bercitra rasa anékaméga. Lengah sedikit, peluang melayang.

Persaingan antar penjual jasa bernegara hingga berebut simpati, empati pangsa pasar bebas global. Kawanan elit lokal, pengusaha daerah, tokoh agama, ormas, preman menyediakan dukungan suara kepada kandidat bernafsu tinggi. NPWP tak berlaku. Penggelembungan suara, tergantung tarif.

Menjaga stabilitas sentimen, permintaan,  mekanisme pasar yang menguntungkan semua pihak. Jurus  andalan, mau tak mau, adalah persaingan yang sempurna (perfect competition). Liwat iklim persaingan sempurna, akan muncul “tangan tangan tersembunyi“ (invisible hand). Pasal ini diyakini  sebagai faktor keberuntungan sesuai andil.

Bentuk kehidupan demikian terbuka dan kompetitif. Pakem  kebangsaan, tiap individu dituntut berlaku cinta tanah air Indonesia. Punya daya tangkal plus  menjaga  martabat nasional, sambil ikut  arus persaingan dan pergaulan bebas global.

Bangga akan masa lampau membuat mata silau. Apalagi bangga dengan sukses dunia leluhur. Tinggal melanjutkan di lajur yang sama, di jalur bebas hambatan. Bangga dengan kinerja, prestasi diri akan menggerogoti nilai pahala. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar