nglungguhi klasa gumelar vs gumelaring karpet abang
Sesuatu rangkaian kejadian perkara, peristiwa manusia
dengan skala bangsa. Jika bisa disimpulkan menjadi rumus kehidupan. Rumusan berdasarkan
makna léksikon, semacam judul, seolah mejadi pratanda akan terjadi lagi. Kendati
perjalanan hidup manusia sebagai individu bersifat linier, menerus sesuai
waktu.
Belajar dari sejarah untuk membentuk sejarah masa depan. Pelanggaran
kode etik dan kode perilaku pelaku sejarah, acap diperhalus jika menyangkut
penguasa.
Diharapkan, objek atau rentang waktu penulisan sejarah, tidak
sekedar fokus biografi. Periwayatan berdasarkan akurasi waktu, tempat dan faktor
eksternal. Norma penulisan jangan sampai membelenggu perwujudan kebebasan penulis
sesuai SOP.
Penggunaan arang dalam penyusunan sejarah, tak
terhindarkan sebatas apa pun dan memang harus sesuai rekaman fakta. Tanpa asas
pemilihan dan pemilihan. Tanpa polesan. Menjadi pengingat generasi penerus
sejarah bangsa.
Zaman Orde Lama, Partai Komunis Indonesa (PKI) plus
organisasi kemasyarakatan, gemar membuat jargon dengan efek ganda. Pertama,
promo atas diri sendiri. Kedua, sebagai stigma kepada lawan politik atau pihak beda
pilhan, berseberangan.
Sejarah berulang. Anak cucu ideologis pencetus paham ‘nasakom’,
mahir memproduk olok-olok politik. Prestasi oknum petugas partai, ditentukan
oleh daya jangkau, daya libas olok-olok politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar