menantang maut vs melawan umur
Bak
pariwara, pejantan tangguh, pria tulang keras, lanang tenan. Sisi lain yang
diolah. Tak sengaja malah pamer borok diri. Mewakili generasi milineal yang
sibuk tanya asal usul. Kaitan dengan tahun politik. Anomali kebencanaan kian
menyuratkan, menyiratkan laku pribadi bak ‘nila setitik’.
Dengan demikiannya,
tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas internasional,
global, dunia. Pratanda, sinyal evektivitas eksekutif dalam tatanan, tataran
trias-politika sudah pada lampu kuning.
Namanya juga
manusia dengan segala akalnya. Kian merasa berakal, apa saja diakali. Korban
pariwara terapi tunda penuaan dini. Pakai dini. Makanya, bangsa ini awet muda.
Tetap pada posisi, status statis negara berkembang. Soal adab berkemajuan,
pasti itu ambisi.
Terorisme
internasional adalah bentuk kekerasan politik yang melibatkan warga atau
wilayah lebih dari satu negara. Terorisme internasional juga dapat diartikan
sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan di luar ketentuan diplomasi internasional
dan perang. Tindakan teror itu dimotivasi oleh keinginan mempengaruhi dan
mendapatkan perhatian masyarakat dunia terhadap aspirasi yang diperjuangkan.
Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan politik
yang bersifat mendasar atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam
Kuper, 2000). Kata radikalisme ini juga memiliki aneka pengertian. Hanya saja,
benang merah dari segenap pengertian tersebut terkait erat dengan pertentangan secara
tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok tertentu dengan
tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu. Sepintas
pengertian ini berkonotasi kekerasan fisik, padahal radikalisme merupakan
pertentangan yang sifatnya ideologis.
Dua alinea
terakhir, dicomot utuh dari Modul II, Pelatihan Dasar CPN Gol II dan Gol III, “Analisis
Isu Kontemporer”, LAN RI 2019. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar