ketika cinta tanah air tinggal
setetes
Bukan serba kebetulan, bukan dadakan, bukan iseng. Tapi
ada pas dibutuhkan. Dikarenakan saat sedang simak buku “Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan Tinggi”, Kemenristekdikti RI, Cetakan I, 2016 ada yang
mengganjal mata.
Bermula ada kalimat:
“Pancasila sebagai sistem filsafat
merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk
Soekarno ketika menggagas ide philosofische grondslag.” (halaman 6, alinea pertama)
Kalau cuma satu fakta
tentang kiprah, konstribusi, kinerja Soekarno, terasa belum pas. Lanjut ke
alinea terakhir halaman 27. Tersurat:
Presiden
Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Pernyataan
tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun
kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.
Berlanjut ke alinea akhir halaman 66 yang bersambung di dua
baris pertama halaman 67. Tersurat:
Dinamika
Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut
dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960-an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila
dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya
Soeharto ada kalangan yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa
pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak respek
terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan.
Langsung loncat atau loncat langsung ke halaman 131. Tercetak,
begini tulisannya:
e.
Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan
Presiden Megawati
Pada masa
ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan
disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak mencantumkan
pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar
sampai perguruan tinggi.
Bukan sengaja, bukan tendensius. Terkait peruntukkan
buku.
Tersebutkanlah bahwa presiden ke-7 RI pada periode I dan
lanjut periode II berniat meluruskan sejarah kepancasilaan presiden ke-5 RI. Terbentuklah
yang kemudian menjadi.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar