Ketika Manusia Cenderung Menjadi
Orang Baik
Menghadapi kondisi yang belum ada di
rekam jejak seseorang. Naluri bawah sadar ajak buka memori mimpi yang tak pernah
bisa diingat. Merasa berada di tapak bumi tanpa waktu. Tarikan nafas untuk
mencari bukti diri. Kepalan tangan untuk menyadarkan diri.
Seperangkat akal manusia – yang menjadi
pembeda dengan makhluk lain sesama ciptaan-Nya – diformat menjadi bentuk logika, nalar, naluri,
insting dan sebutan lainnya. Mengandalkan proses kerja kata hati, hati kecil, kalbu,
sanubari atau masuk babakan jiwa yang tenang. Cerdas mentakwilkan rambu-rambu
kehidupan di depan mata.
Pedoman hidup yang tersirat di alam
bebas, mengarahkan langkah manusia. ironis, justru rangsangan yang mudah
direspon pancaindra menjadi panutan. Langganan terperosok ke lubang kehidupan
yang sama, malah menjadi bebal diri.
Independensi kaki-tangan semangkin
menjadikan diri ini bak robot bernyawa. Sepasang mata kanan kiri tak percaya
dengan kinerja ujung jari berupa ujaran nista diri.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar