Halaman

Selasa, 04 Februari 2020

kian berakal, kian akal-akalan


kian berakal, kian akal-akalan

Hukum keseimbangan berlaku pada otak, akal , logika, nalar manusia. Otak kian terasah, kian encer. Salah asah, kurang asih, keliru asuh berbandinhg terbalik dengan kian mundurnya ketidaktahuan. Artinya, otak melaju selangkah berbanding lurus dengan langkah mundur naluri, insting maupun rasa cerdas diri.

Cerdas diri sebagai pasal hikmah dari-Nya. Bukan sekedar untuk menutupi atau melengkapi. Ada misi yang akan dijalankan si pengemban.

Selama masih bernama manusia dan atau orang, sebagai makhluk-Nya. Saat menjalankan fitrah diri, manusia kurang mempunyai sistem yang tepat manfaat. Seolah bukan pasangan dari fungsi organ tubuh. Pancaindra yang kian berumur menjadi kurang peka. ‘Indra’ yang lain, semisal utama kata hati, secara tak sengaja dimatikan.  Mau tak mau, roda kehidupan direcoki pasal ringan. Fungsi kontrol diri kurang pakem. Lebih peka dengan kontrol dari luar.

Manusia cerdas memang sudah diformat sejak dari sono-nya. Punya potensi mengelola tugas fungsi dan wewenang sistem struktur dan organ tubuhnya. Bebas konflik kepentingan horizontal dalam melaksanakan tugas kevertikalannya.

Orang yang mempunyai wewenang terhadap dirinya, karena mampu membaca bahasa alam. Kebijakan yang diambil sekaligus sebagai tindak menghindari laku penyimpangan skala individu maupun skala sosial. Sigap menghadapai benturan kepentingan, konflik. Mampu menapis plus menepis modus udang di balik batu.

Gelar akademis tidak identik dengan cerdas diri. Disiplin ilmu muncul karena akumulasi cerdas manusia. Terbukti secara historis dan bermanfaat bagi umat. Tak perlu berdebat dengan anak bangsa pandai tetapi tidak pandai-pandai. Mengalahkan debat kusir.

Itulah hidup. Seni kehidupan menjadikan hidup berseni. Tahu batasan awam yaitu benar, betul, baik, bagus. Hidup tidak hambar, garing, monoton. Hanya bisa terwujud dengan landasan iman sebagai pondasi ilmu buatan manusia.

Dengan kata lain, jika akal manusia tidak mampu menyerap ilmu buatan manusia sendiri, bagaimana akan mampu menyerap ilmu-Nya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar