Halaman

Minggu, 29 Oktober 2017

politik tanpa politik, pokoké menang



politik tanpa politik, pokoké menang

Tak dapat disangkal dengan akal maupun pasal.

Daya ideologi anak bangsa, putera-puteri daerah, anak suku masyarakat adat maupun masyarakat demokratis, bahwa main politik tidak perlu ilmu, yang penting perbanyak praktik. Karena tujuan utama, pokok, pertama berpolitik adalah main kuasa secara legal, sah yuridis formal, konstitusional.

Politik versi Nusantara tidak sekedar menghalalkan segala cara, bahkan menggunakan kekuatan asingpun menjadi strategi utama. Bukan mencontek barter pemain, transfer pemain atau pesepak bola dari timnas klub negara lain.

Budaya feodalistik mewarnai pergerakan politik. Menghasilkan dinasti politik, politik turun temurun. Stigma kekuasaan bisa diwariskan. Anak cucu ideologis sehingga tak perlu berjibaku untuk duduk manis di barisan punggawa istana presiden.

 Demokrasi yang sedang marak, naik daun, menjadi acuan utama yaitu ketika benar-salah dan baik-buruk bukan berdasarkan dalil normatif tetapi berdasarkan suara mayortitas, ditentukan oleh kebijakan penguasa. Aturan mainnya adalah tak ada aturan main. Semua bisa berubah setiap saat. Tergantung pesan sponsor. Tergantung skenario, konspirasi dari investor politik.

Jangan heran dan salahkan diri sendiri, kenapa sistem demokrasi Nusantara selalu mengalami bongkar pasang. Asas “pokoké menang” bisa diterjemahbebaskan sekehendak yang sedang menang. Itu saja. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar