politik
tanpa politik, pokoké menang
Tak dapat disangkal dengan akal
maupun pasal.
Daya ideologi anak bangsa, putera-puteri
daerah, anak suku masyarakat adat maupun masyarakat demokratis, bahwa main
politik tidak perlu ilmu, yang penting perbanyak praktik. Karena tujuan utama,
pokok, pertama berpolitik adalah main kuasa secara legal, sah yuridis formal,
konstitusional.
Politik versi Nusantara tidak
sekedar menghalalkan segala cara, bahkan menggunakan kekuatan asingpun menjadi
strategi utama. Bukan mencontek barter pemain, transfer pemain atau pesepak
bola dari timnas klub negara lain.
Budaya feodalistik mewarnai
pergerakan politik. Menghasilkan dinasti politik, politik turun temurun. Stigma
kekuasaan bisa diwariskan. Anak cucu ideologis sehingga tak perlu berjibaku
untuk duduk manis di barisan punggawa istana presiden.
Demokrasi yang sedang marak, naik daun,
menjadi acuan utama yaitu ketika benar-salah dan baik-buruk bukan berdasarkan
dalil normatif tetapi berdasarkan suara mayortitas, ditentukan oleh kebijakan
penguasa. Aturan mainnya adalah tak ada aturan main. Semua bisa berubah setiap
saat. Tergantung pesan sponsor. Tergantung skenario, konspirasi dari investor
politik.
Jangan heran dan salahkan diri
sendiri, kenapa sistem demokrasi Nusantara selalu mengalami bongkar pasang. Asas
“pokoké menang” bisa diterjemahbebaskan sekehendak yang sedang menang. Itu saja.
[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar