ideologi
sekali pakai vs ideologi oplosan, kanibal
Menghadapi pemilu serentak antara
pemilu legislatif dengan pilpres 2019, partai politik sudah sibuk mendaftarkan
diri. Kemana? Urusan partailah.
Lucunya tapi malah kasihan, jika ada
partai baru, belum-belum malah sudah mendukung presden aktif. Bak pepatah “belum meminang sudah
menimang”. Namanya politik Bung, apa saja menjadi wajib
dilakukan. Kalau malu, malah sesat di panggung politik.
Kita tidak perlu melongok ke
belakang. Betapa pasca reformasi yang dimulai dari puncak jaya, puncak sukses,
21 Mei 1998, gemilang berhasil melengserkeprabonan presiden kedua RI. Kran demokrasi
mengucur deras.
Firasat atau wangsit apa yang
menkontaminasi putera-puteri terbaik bangsa untuk mendirikan sebuah partai
politik. Bahkan jelang pesta demokrasi, muncul berbagai aneka ideologi yang
diusung parpol baru.
Bukan salah bunda mengandung, jika
ada sebuah partai politik dengan aneka ideologi, masih bisa meradang,
menerjang, merangsang sekaligus menghadang.
Biaya politik yang non-budgeter,
kendati didukung investor politik dari negara paling bersahabat akan tidak
mampu mengalahkan skenario kebijakan dari langit.
Peradaban politik Nusantara lebih
ditentukan oleh suara mayoritas.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar