Halaman

Kamis, 12 Oktober 2017

ideologi sekali pakai vs ideologi oplosan, kanibal



ideologi sekali pakai vs ideologi oplosan, kanibal

Menghadapi pemilu serentak antara pemilu legislatif dengan pilpres 2019, partai politik sudah sibuk mendaftarkan diri. Kemana? Urusan partailah.

Lucunya tapi malah kasihan, jika ada partai baru, belum-belum malah sudah mendukung presden aktif. Bak pepatah “belum meminang sudah menimang”. Namanya politik Bung, apa saja menjadi wajib dilakukan. Kalau malu, malah sesat di panggung politik.

Kita tidak perlu melongok ke belakang. Betapa pasca reformasi yang dimulai dari puncak jaya, puncak sukses, 21 Mei 1998, gemilang berhasil melengserkeprabonan presiden kedua RI. Kran demokrasi mengucur deras.

Firasat atau wangsit apa yang menkontaminasi putera-puteri terbaik bangsa untuk mendirikan sebuah partai politik. Bahkan jelang pesta demokrasi, muncul berbagai aneka ideologi yang diusung parpol baru.

Bukan salah bunda mengandung, jika ada sebuah partai politik dengan aneka ideologi, masih bisa meradang, menerjang, merangsang sekaligus menghadang.

Biaya politik yang non-budgeter, kendati didukung investor politik dari negara paling bersahabat akan tidak mampu mengalahkan skenario kebijakan dari langit.

Peradaban politik Nusantara lebih ditentukan oleh suara mayoritas.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar