politik
adu domba penjajah vs politik rekayasa konflik penguasa
Hidup di dunia ini yang sekedar
mampir cari duit buat bekal perjalanan menuju akhirat. Waktu berdasarkan edaran
matahari dan/atau rembulan, menjadikan umat manusia bisa memperpanjang
angan-angan, fantasi, imajinasi.
Waktu sangat berarti bagi manusia
yang memang hidup dengan penuh perhitungan. Menghitung untung-rugi. Menghitung transaksi
duniawi. Memakai rumusan dan hukum buatan manusia. Mengandalkan jasa penyedia
jasa yang seolah akan meringankan beban kehidupan. Membanggakan jumlah dan banyaknya
kawanan seprofesi, satu ideologi. Tak sedikit yang memanfaatkan dengan seksama
waktu sedang kuasa, sedang berada di puncak prestasi, sedang jaya-jayanya.
Praktik kehidupan berbangsa,
bernegara, bermasyarakat tak akan lepas dari pakem atau peribahasa Jawa : “wis édan tenan tetep ora
keduman”. Sejarah selalu akan berulang, walau tetap tak memihak
rakyat.
Di era mégatéga, khususnya periode
2014-2019 banyak komponen penguasa yang berperilkau, bertindak tutur, bertindak
laku berbasis wis édan tenan tetep ora keduman.
Rakyat tanpa sertifikat, tidak punya
surat keterangan sebagai “anak cucu pancasilais”, yang dikeluarkan oleh UPK-PIP
atau instansi yang ditunjuk, tetap akan mempraktikkan Pancasila sesuai
kadarnya. Jauh dari publikasi dan sensasi. Tidak menarik bagi korporasi
penabur, penebar fitnah dunia. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar