sosialisasi
Pancasila di tanah air kelahiran Pancasila
Dampak negatif bahkan efek domino
modus politik pada pemilu 2014, yang bahkan tak disasadari oleh parpol juara
umumnya, minimal dapat disaksikan pada kabinet gaduh. Perombakan kabinet,
sebagai bukti salah orang vs salah main vs salah urus vs salah pilih. Runyam binti
kusam.
Untuk republik tercinta sepertinya ada
pihak yang sengaja ingin semua jatah kursi kabinet. Atau bisa juga presiden
sengaja mengukuti petunjuk presiden-senior untuk uju coba pasang orang terbaik
dari parpol terbaik.
Sudah hukum alam kawan, Penguasa
yang semakin jauh dari rakyat akan berbanding lurus dengan redupnya peran, peranan
pengaruh Pancasila. Bukan berarti modus blusukan Jokowi sejak jadi DKI-1 sebagai
upaya kontra produktif.
Artinya negara hadir, minimal
mengetahui setiap ada kejadian di masyarakat dan birokrasi (eksekutif). Tak heran
kawan, jika pihak asing menilai sukses presiden adalah pada seberapa jauh mampu
menjinakkan legislatif.
Bukan pada seberapa jauh mampu
mengendalikan barisan pembantu presiden.
Adalah UKP-PIP atau Unit Kerja
Presiden Pembinaan ideologi Pancasila sebagai sebuah unit kerja yang dibentuk
berdasarkan Perpres 54/2017. Tugas mulianya adalah membumikan Pancasila kepada
generasi muda. Sudah ada resep yang mengandung 45 tuntunan.
Soal sedikit tuntunan karena
pemerintah Jokowi plus/minus JK, sudah banyak menyediakan tontonan atau panutan oknum
penguasa yang super pancasilais.
Bagaimana wujud nyata trias
politica di NKRI, bisa disimak bagaimana sepak terjang ketua umum DPR
(katakan semacam setnov, bukan nama orang).
Pancasila hanya diingat saat tanggal
lahirnya. Diperingati secara nasional dan dimeriahkan dengan acara kenegaraan. “Pancasila
Sakti” hanya akan mengingatkan betapa anak cucu ideologis komunis masih hidup
subur dan makmur di Nusantara. PKI secara de jure sudah masuk kotak. Namun
secara de facto malah mampu berada di mana saja, kapan saja. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar