Halaman

Rabu, 11 Oktober 2017

beli mie ayam tanpa 3S



beli mie ayam tanpa 3S

Mie ayam, sebagai lauk atau santapan basah, setengah berat, pengganjal perut keroncongan, bisa kita beli di warung atau penjaja keliling. Demi memanjakan perut, maka ada variasi mie ayam.

Harga jual mie ayam per mangkok, masih terjangkau oleh daya beli rakyat papan bawah. Pelajar atau anak didik, yang katanya belum bisa cari duit, ada yang penyuka.

Mie yang dipakai ada dua alternatif, mie basah dan mie kering. Tinggal selera atau motivasi tertentu. Semua mie berbasis warna kuning. Kalau menyebut mie putih artinya bihun, so’on atau sebutan lainnya sesuai kedaerahan.

Bumbu apa saja yang dipakai. Karena diolah di tempat, maka bumbu bisa sesuai selera pemesan. Tersedia kelengkapan teman makan mie, yaitu aneka jenis kerupuk, khususnya pangsit. Sayur yang diimbuhkan memang tipikal, standar. Mangkok sepertinya ada yang memasok atau mangkok sponsor.

Masuk jajaran makanan rakyat, makanya mie ayam jarang sebagai menu pada pesta pernikahan. Atau ada namun dengan mangkok putih, sekedar tombo kangen.

Paling tidak di jajaran warung pingir jalan, mie ayam bisa menyatukan umat manusia. Disantap sambil ngobrol ngalor-ngidul, wetan bali ngulon. Dimeraihkan  dengan suara musik pengamen jalanan, yang tampilan dan tampangnya khas. Kebanyakan pengamen tunggal bermodal gitar.

Kalau saya beli mie ayam, karena selera maka saya pesan tanpa 3S.

“S” pertama adalah ‘sasa’ atau bumbu penyedap. Impor atau didatangkan dari negara tetangga. Atau merek lainnya. Perasa buatan memang mampu menggoyang lidah yang masih sensitif dengan rasa. Bagi umat manusia yang perutnya sensitif,  akan mensortir asupan perasa buatan.

“S” kedua adalah sambal. Sambal hijau atau sambal ambil kuahnya saja. Ini terkait dengan sensitivitas perut. Kalau sambal berbahan baku cabai yang diuleg lembut, bukan digiling, perut masih mentolerir. Khasiat sampingan sambal bisa sebagai obat pencahar, agar BAB lancar, sesuai waktu buang.

“S” ketiga adalah ‘sabun colek’. Maksudnya saus, adonan, pasta warna merah menyala. Bahan bakunya memang rahasia perusahaan, industri rumah tangga mampu memproduk ‘sabun colek’ dimaksud. Komposisinya mungkin dengan segala rasa.

Di pihak lain, jika orang awak masak rendang dengan bumbu olahan sendiri. Yang dimasukkan sesuai proses. Tentu akan beda dengan beli bumbu jadi di pasar tradisional. Pengalaman mengatakan, masak rendang daging sekilo akan membutuhkan bumbu gilingan sekian bungkus atau Rp.

Jadi, antara lidah dengan perut, harus ada koordinasi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar