memilah
dan memilih menu politik Nusantara
Walau hanya cuma perasaan. Justru perasaan
manusia terlatih sejak dalam kandungan. Kandungan cipta-karsa-rasa sebagai
unsur pembentuk karakter dan watak dasar manusia.
‘
Diakui secara medis bahwa golongan
darah manusia sesuai sifat genetis yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bersifat
permanen. Beda dengan sifat, karakter, tabiat anak walau karena faktor keturunan,
bisa dipengaruhi, ditentukan oleh berbagai faktor eksternal.
Pas azan isya’ waktu setempat,
tempat penulis bermukim. Istirahat + sholat. Makan tunda, tunggu perut
keroncongan.
Lanjut kawan, sambil jerang air
minum.
Bincang santai tentang sepertinya
seperti tiga serangkai, minimal saling berangkaian yaitu cipta-karsa-rasa, Tak akan muat di halaman ini. Tepatnya penulis tak punya ilmu untuk
membeberkannya secara gamblang.
Bagi masyarakat Jawa yang Jawa, menu
cipta-karsa-rasa, sarat dengan filosofi
dan filasafat ajaran Jawa.
Jangan heran jika manusia Jawa,
sejak dalam kandungan sudah bisa membedakan mana kanan, mana kiri. Lebih fokus
lagi, bisa membedakan mana yang kanan yang memang kanan, dengan yang seolah
tampak kanan, padahal muatan lokalnya serba kiri.
Walau di pihak lain, gerak seni tari
budaya Jawa, seperti menyalahi pakem lalu lintas. Ada gerakan tari, tangan
kanan direntangkan lurus ke kanan - ndepaplang nengen jejeg - agak di angkat
sedikit. Mirip orang naik sepeda mau belok ke kanan. Tidak perlu menoleh ke
kanan belakang. Karena sepeda tanpa spion. Cukup dengan tanda tangan kanan
direntangkan lurus ke kanan. Di angkat, sedikit. Telapak tangan bisa menghadap
ke bawah, sambil dikreakkan naik turun, atau menghadap ke depan, diam.
Kode tangan di atas bersifat
universal. Lalu lintas, pengedara di belakangnya, sudah faham bahwa ybs akan
belok ke kanan. Jangan disalip atau diklakson, dituter. Semakin dituter, nggenjote
tambah banter.
Nyaris jadi lupa. Bagaimana kaitan
atau lanjutan dengan tari Jawa tersurat di atas. Lepas dari judul tariannya. Apakah
penarinya khusus untuk perempuan, atau semua gender dan semua lapisan umur. Masalah
bukan pada gender.
Pada gerakan seperti dimaksud,
gerakan tari dengan posisi tangan tadi, penari melakukan manuver. Ternyata penari
bukan mau belok ke kanan, malah belok ke kiri membuat lingkaran. Jadi, posisi
tangan kanan sebagai penyeimbang badan. Atau agar gerakan terlihat cantik.
Sekarang ini, banyak manusia politik
yang mati-matian, berjibaku di panggung, industri dan syahwat politik yang main
bak penari. Entah tari klasik, temporer atau tari modern. Malah-malah, malah
tari sesuai panggilan batin dengan meramu cipta-karsa-rasa.
Manuver manusia politik di
Nusantara, tak akan lepas dari model Nasakom zaman Orde Lama, yang berlanjut
dengan UU 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya di era Orde Baru,
meluncur di jalur reformasi yang bebas hambatan. Bebas semua warna
Rasanya, pergerakan politik. Kita tunda
dulu. Yang dimaksud politik adalah bahan ajar yang dipakai sebuah partai
politik, beda dengan ideologi.
Kembali ke rasa-rasanya. Seolah banyak
kawanan manusia politik, yang terutama anak cucu ideologis aliran kiri sesuai
dengan lagu anak-anak “Kuberjalan sendiri. Kuberjalan di tepi sebelah kiri”. Tentunya penguasa di
periode 2014-2019, tidak berjalan sendiri. Seperti ada yang menuntun. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar