Halaman

Minggu, 08 Oktober 2017

memilah dan memilih menu politik Nusantara



memilah dan memilih menu politik Nusantara

Walau hanya cuma perasaan. Justru perasaan manusia terlatih sejak dalam kandungan. Kandungan cipta-karsa-rasa sebagai unsur pembentuk karakter dan watak dasar manusia.
Diakui secara medis bahwa golongan darah manusia sesuai sifat genetis yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bersifat permanen. Beda dengan sifat, karakter, tabiat anak walau karena faktor keturunan, bisa dipengaruhi, ditentukan oleh berbagai faktor eksternal.

Pas azan isya’ waktu setempat, tempat penulis bermukim. Istirahat + sholat. Makan tunda, tunggu perut keroncongan.

Lanjut kawan, sambil jerang air minum.

Bincang santai tentang sepertinya seperti tiga serangkai, minimal saling berangkaian yaitu cipta-karsa-rasa, Tak akan muat di halaman ini. Tepatnya penulis tak punya ilmu untuk membeberkannya secara gamblang.

Bagi masyarakat Jawa yang Jawa, menu cipta-karsa-rasa, sarat dengan filosofi dan filasafat ajaran Jawa.

Jangan heran jika manusia Jawa, sejak dalam kandungan sudah bisa membedakan mana kanan, mana kiri. Lebih fokus lagi, bisa membedakan mana yang kanan yang memang kanan, dengan yang seolah tampak kanan, padahal muatan lokalnya serba kiri.

Walau di pihak lain, gerak seni tari budaya Jawa, seperti menyalahi pakem lalu lintas. Ada gerakan tari, tangan kanan direntangkan lurus ke kanan - ndepaplang nengen jejeg - agak di angkat sedikit. Mirip orang naik sepeda mau belok ke kanan. Tidak perlu menoleh ke kanan belakang. Karena sepeda tanpa spion. Cukup dengan tanda tangan kanan direntangkan lurus ke kanan. Di angkat, sedikit. Telapak tangan bisa menghadap ke bawah, sambil dikreakkan naik turun, atau menghadap ke depan, diam.

Kode tangan di atas bersifat universal. Lalu lintas, pengedara di belakangnya, sudah faham bahwa ybs akan belok ke kanan. Jangan disalip atau diklakson, dituter. Semakin dituter, nggenjote tambah banter.

Nyaris jadi lupa. Bagaimana kaitan atau lanjutan dengan tari Jawa tersurat di atas. Lepas dari judul tariannya. Apakah penarinya khusus untuk perempuan, atau semua gender dan semua lapisan umur. Masalah bukan pada gender.

Pada gerakan seperti dimaksud, gerakan tari dengan posisi tangan tadi, penari melakukan manuver. Ternyata penari bukan mau belok ke kanan, malah belok ke kiri membuat lingkaran. Jadi, posisi tangan kanan sebagai penyeimbang badan. Atau agar gerakan terlihat cantik.

Sekarang ini, banyak manusia politik yang mati-matian, berjibaku di panggung, industri dan syahwat politik yang main bak penari. Entah tari klasik, temporer atau tari modern. Malah-malah, malah tari sesuai panggilan batin dengan meramu cipta-karsa-rasa.

Manuver manusia politik di Nusantara, tak akan lepas dari model Nasakom zaman Orde Lama, yang berlanjut dengan UU 3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya di era Orde Baru, meluncur di jalur reformasi yang bebas hambatan. Bebas semua warna

Rasanya, pergerakan politik. Kita tunda dulu. Yang dimaksud politik adalah bahan ajar yang dipakai sebuah partai politik, beda dengan ideologi.

Kembali ke rasa-rasanya. Seolah banyak kawanan manusia politik, yang terutama anak cucu ideologis aliran kiri sesuai dengan lagu anak-anak “Kuberjalan sendiri. Kuberjalan di tepi sebelah kiri”. Tentunya penguasa di periode 2014-2019, tidak berjalan sendiri. Seperti ada yang menuntun. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar