Rokok
si Pembunuh Karakter
Industri rokok tidak hanya mampu mempengaruhi kondisi
ekonomi dunia, bahkan bisa menentukan nasib perokoknya. Setiap hembusan dan kepulan
asap rokok mengadung sejuta makna.
Perokok sudah memenuhi unsur kejiwaan, mulai dari sebagai
penenang jiwa sampai untuk memanipluasi kondisi jiwa. Perokok tidak mengenal
batas usia, jender, status sosial, tingkat pendidikan. Merokok dapat dilakukan
di mana saja, kapan saja.
Kiat membatasi usia perokok, tak akan manjur. Melawan industri
rokok nasional bak memebenturkan kepala sendiri ke dinding. Pemerintah saja
malah di bawah kendali juragan rokok. Kebijakan pemerintah untuk mengedalikan
rokok malah menjerat diri sendiri.
Faktor ajar dan panutan dalam keluarga yang akan
menentukan seorang anak menjadi perokok atau tidak. Pengaruh lingkungan, teman
gaul tak bisa dipungkiri sebagai faktor pendorong anak untuk coba-coba
menghisap rokok.
Jika satu anak merokok dalam gengnya, dipastikan yang
lain akan tertular. Perokok anak ibarat anak dewasa sebelum waktunya. Negara tak
akan bertanggung jawab dan seolah terjadi pembiaran secara sistematis. Rokok menjadi
sponsor olahraga dan pemuda.
Efek domino merokok memang tidak dirasakan oleh bangsa
dan negara secara langsung. Perokok pasif menjadi korban utama dampak orang
merokok.
Peringatan dari aspek kesehatan ternyata tak mujarab,
malah semakin menjadi pemacu dan pemicu. Sanksi yuridis tak bisa diterapkan,
karena menyangkut HAM. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar