Halaman

Sabtu, 14 Oktober 2017

reformasi pe-revolusi mental, ideologi kedaluwarsa vs ideologi overdosis



reformasi pe-revolusi mental, ideologi kedaluwarsa vs ideologi overdosis

Bangsa ini sangat peka, sedemikian tanggap, super sensitif. Bukti ringannya gampang dan simple, tak peru bayar lembaga survey berbayar :

Pertama, ketika Panglima TNI melalukan manuver politik, dengan tindak tutur maupun tindak laku, maka banyak pihak heboh. Langsung mengatakan inkonstitusional, harus meninggalkan dan menanggalkan jabatan.

Kedua, walau terbukti kapolri modal asas loyal, setia, patuh, taat sampai berkeringat, berjibaku menjalankan peta politik penguasa, dengan berbagai modus. Sementara pihak adem ayem. Dianggap pengorbanan konstituisonal.

Wajar kalau tahun 2018 adalah tahun politik. Terlebih pilkada serentak, termasuk pemilihan gubernur Jabar, Jateng dan Jatim, yang popuasi ketiganya sekitar 47,55% populasi penduduk NKRI. Kondisi ini, di atas kertas sangat menggiurkan buat batu loncatan ke pemilu serentak 2019.

Seperti lazimnya, petinggi parpol akan muncul di layar kaca atau media lainnya. Sport jantung serta muka badak menjadi agenda dan menu politik. Adu kepentingan antar pihak, termasuk perpanjangan tangan kepentingan non-nasional sudah berkibar dan berkobar.

Pihak yang ingin melanggengkan kekuasaan, jabatan tentu jauh tahun sudah pasang kuda-kuda, siaga 24 jam. Sudah siap urutan rencana dan tahapan pendayagunaan sumber biaya politik.

Rasanya, bangsa ini seperti memutar ulang adegan atau fragmen sejarah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar