Halaman

Kamis, 12 Oktober 2017

ideologi oplosan Nusantara, masih setengah cangkir tambah air panas



ideologi oplosan Nusantara, masih setengah cangkir tambah air panas

Mengacu kamus politik dan bahasa politik. Maka yang dimaksud dengan ‘masih setengah cangkir’ sangat kondisional. Tergantung selera dan akal, nalar, logika politik yang sok mau tahu.

Bagi yang acuh, tetap acuh. Bagi anggota partai politik yang jam terbang, rekam jejak tipu-tipunya sudah memenuhi syarat adiminstrasi meningkat jadi kader, tak akan terjebak debat kusir “setengah kosong = setengah isi”.

Sudah menjadi rahasia anak balita kalau “kosong=isi” karakter partai politik kambuhan di Nusantara. Terdaftar adanya partai politik yang lebih tua dari NKRI. Riwayat mereka kini. Apakah sudah banyak yang terkubur. Atau masih ada yang akur-akur.

Ironis binti miris, dosa bawaan dari organisasi kekuatan sosial politik, bukan partai politik namun identik dengan rezim Orde Baru. Bak masih setengah cangkir. Sempalannya memang banyak yang mendirikan partai politik, ada yang sukses ada yang sekali muncul.

Setelah berubah wujud menjadi bentuk partai politik, seperti penampungan serigala politik, buaya politik, ular politik. Pernah mempunyai dua kubu dalam satu tubuh.

Masih setengah cangkir, ada yang diisi ulang dengan “benda asing” namun mujarab bagi kesehatan partai. Antara merek, lambang, kemasan dengan isi, komposisi, ukuran seperti tak ada hubungannya. Aroma irama politiknya tak menunjukkan karakter sesungguhnya. Terkontaminasi dengan sistem buka-tutup partai. Berkat bahan pengawet, perasa buatan pewarna imitasi menjadikan sosok seolah tegar. Besar berkat nama besar.

Masa lalmpau, masa lalu ada yang dikenang. Ada yang dimanipulasi. Tidak menjadi pembelajaran bagi kawan partai dengan faham globalisasi. Di mana tanah dipijak, di situ tanah air. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar