dilema generasi muda pribumi, tidak
kenal sejarah vs tidak tahu sejarah
Katakan dengan singkat, memangnya generasi muda Nusantara sudah salah
jalan, salah arah, salah tujuan. Kalau demikian halnya, jangan salahkan
siapa-siapa. Siapa duga semua yang menimpa generasi muda harapan masa depam
bangsa, menjadi korban salah sistem yang dilakukan pemerintah antar periode.
Tak salah lagi, kondisi kejiwaan para pengatur negara, pengayom masyarakat,
penjaga keamanan dan kedaulatan negara, sudah saatnya servis berat, turun
mesin. Obat generik hanya menurunkan rasa sakit sementara. Hanya megalihkan
rasa sakit ke rasa tidak peduli ke nasib rakyat.
Semangat nasionalisme menjadi kabur, surut, menyusut karena hanya berkutat
di lokasinya saja. Hanya berani dan punya nyali di bawah tempurung. Wakil rakyat
yang melakukan studi banding, evaluasi sanding, jajag tanding yang dikemas menjadi
paket kunjungan kerja.
Rumusan tentang demokrasi yang berlaku di Indonesia, sangat dinamis dan
kondisional. Tergantung pihak yang menterjemahkan sekaligus mempraktikannya. Tidak
ada batasan baik dan buruk maupun skala benar dan salah. Bahkan tiap individu
penduduk bebas membuat terjemahan bebasnya. Sesuai pengalaman hidup. Berdasar
angan-angan. Atau yang bersifat spontan, dadakan, atau kagetan.
Ibarat tersangka yang diwawancarai tukang ganda berita, malah pamer bego.
Inilah demokrasi ala Indonesia, pihak terpidana bisa tampil sebagai nara
sumber. Perjalanan nasib demokrasi yang berbagai versi, jelmaan,
pengejawantahan, sublimasi serta terkontaminasi aneka warna ideologi lokal.
Seberapa jauh dan dalam efek domino utawa efek kejutan modus blusukan presiden
bagi rakyat dan birokrasi, bahwa presiden tetap hadir dalam setiap persoalan
mereka. Tergantung pengkabaran, pemberitaan.
Di pihak lain, daya tanggap generasi muda dalam menyikapi kondisi demokrasi
yang sedang berjalan, masih aktif, belum jatuh tempo, melebihi wayak pamer
bego. Jangankan generasi, oknum ketua umum loyalis Jokowi, saat berujar
kebencian, memang demikian kadar politiknya. Tak perlu dikomentari, lebih bagus
membersihkan gigi sendiri dari
slilit.
2018 sebagai tahun politik adalah daya politik bangsa masih baru taraf
calistung.
Ironis binti miris, daya tanggap politik generasi muda seperti barang bekas
yang memang sudah layak buang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar